Saturday 16 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun episode 15



Kapten Yoo sedang duduk di kursi roda sambil mendengarkan musik lewat earphonenya. Ia tidak lagi mengenakan pakaian rumah sakit seperti ia akan check out. Dokter Kang datang menghampirinya.
“Bukannya aku terlihat seperti sebuah lukisan yang indah sekarang?” kata Kapten Yoo.
“Ya, setiap hari malah. Prosedur check out-mu sudah selesai. Ayo ke tempat parkir. Hari ini, aku akan menjadi pacar dan bukannya doktermu.” Kata dokter Kang.
“Wow, benarkah? Aku jadi bahagia. Ayo!” kata Kapten Yoo.


Mereka sudah di luar rumah sakit, dokter Kang mendorong kursi roda Kapten Yoo. Dokter Kang bertanya lagu apa yang sedang Kapten Yoo dengarkan lalu Kapten Yoo memasangkan earphonenya pada dokter Kang ia juga mengatakan bahwa itu lagu favoritnya. Kapten Yoo memutarkan rekaman wasiat dokter Kang yang mengakui perasaannya pada Kapten Yoo. Dokter Kang terkejut mendengarnya ia lalu langsung melepaskan pegangan di kursi rodanya.
Kursi roda itu pun berjalan, kapten Yoo memanggil-manggil dokter Kang. Dokter Kang mencoba mengejarnya tapi ahirnya Kapten Yoo terjatuh. Dokter Kang bertanya apa kau baik-baik saja? Tapi bukan untuk Kapten Yoo tapi ia malah menghampiri kursi roda itu, ia lebih mengkhawatirkan kerusakan kursi roda itu. Kapten Yoo merasa kesal.
“Jadi, yang kau khawatirkan itu hanya si kursi roda? Dengar ya, 10 menit yang lalu aku hampir saja mati. Ini adalah kasus percobaan pembunuhan.” Kata Kapten Yoo.
“Jadi, kenapa kau masih mendengar "itu"? Bagaimana dengan kursi roda ini?” kata Dokter Kang.
“Sungguh ya wanita ini! Kau bahkan bisa merusak kursi roda. Dengar aku, kita tak boleh sampai naik angkutan umum. Ini demi keselamatan warga.
“Memangnya hanya aku yang salah?”





Letnan Yoon sedang makan bersama Sersan Seo ia terlihat sangat lahap memakannya.
“Bicaralah. Aku akan pergi jika makananku sudah habis. Makananku sudah hampir habis.” Kata Letnan Yoon.
“Tak ada yang ingin kukatakan.” Kata Sersan Seo.
“Jika memang begitu, kenapa kau mengajakku makan?”
“Karena kau terlihat sangat kurus.”
“Aku hanya sedikit stres. Tapi, apa pedulimu? Bukannya kita sudah putus? Atau hanya break sementara saja? Apa hubungan kita sekarang? Apa kita sedang berunding ingin memutuskan hubungan? Ataukah kita sudah putus sekarang?”
“Aku sedang ingin mengerti Yoon Myeong Ju.”
“Itu artinya kau masih belum mengerti.”
“Tolong buat aku mengerti.”
“Jadi, setelah kau berhenti, kau akan bekerja di perusahaan. Dan hidup sebagai menantu ayahku? Itu yang kau mau, 'kan?”
“Tapi, kita tetap bisa bersama.”
“Ya. Kau sekarang terlihat "sangat bahagia", ya? Aku yang akan berhenti. Aku tak mau melihat ayah lagi. Ayah dan aku punya kehidupan yang berbeda. Aku bisa hidup tanpa harus melihat dia.”
“Apa hanya itu yang bisa kau katakan? Mungkin sebentar lagi kau menjadi Letnan Kolonel. Dan mungkin saja, bukan mungkin, tapi kau pasti akan naik jabatan. Seorang wanita yang mampu meraih banyak bintang! Bahkan jika aku jadi ayahmu, aku akan menentang hubungan ini.”
“Aku memang tahu itu. Aku sangat membencimu.”
“Kau pikir aku bahagia sekarang? Kau sudah selesai, 'kan? Aku akan pergi membayar bill-nya. Aku permisi.” Sersan Seo berdiri dan akan pergi keluar lalu letnan Yoon mengatakan “Lain kali, tak usah datang meneraktirku, tapi beri aku jawabanmu. Apakah kita putus atau tidak?“ Sersan Seo tidak menjawabnya dan tetap pergi.

Ayah Myung Ju berada di kantornya ia melihat ke arah formulir pengunduran diri milik Sersan Seo.



Dokter Kang berada di rumah ia mendapat sms dari Kapten Yoo yang menanyakan apa yang sedang ia lakukan. Dokter Kang menjawab ia sedang bersiap-siap untuk mandi. Lalu Kapen Yoo meneleponnya dengan video call.
“Kau sudah merindukan aku, ya?” kata Dokter Kang.
“Bukannya kau mau mandi?” kata Kapten Yoo.
“Iya?”
“Tapi, kau masih pakai baju, tuh.”
“Apa karena itu kau mau video call-an? Bukan karena kau merindukan aku?”
“Aku merindukanmu. Semuanyaaa~~”
“Dasar mesum! Aku baru mau buka baju saat kau menutupnya nanti.” Dokter Kang menutup teleponnya.
Bel berbunyi, dokter Kang membuka pintu dan ternyata Kapten Yoo yang datang. Ia membawa minuman. Dokter Kang menghitungnya dan menyuruh Kapten Yoo jangan meminumnya sendirian. Ia lalu pergi mandi.



Selesai dokter Kang mandi, kapten Yoo sudah menyiapkan minumannya dan ia juga menempatkan lilin di berbagai sudut.
“Wah~ apa ini?” kata Dokter Kang.
“Ini adalah hadiah. Jadi, kau bisa cantik dari sudut manapun. Kau sangat cantik.” Kata Kapten Yoo.
“Heh? Kau baru sadar, ya? Bagaimana kau bisa tahu aroma lilin kesuakaanku?”
“Dengan mataku.”
“Dengan sekali lihat?”
“Apa menurutmu, aku datang ke sini hanya sekali?”
“Tidak, sih.”
“Berapa kali?”
“Kenapa? Aku tak penasaran.”
“Jangan minum dulu.”
“Ah! Aku sudah ingat. Saat aku mabuk dulu.”
“Kapan?”
“Beberapa hari yang lalu.”
“Jangan coba-coba pergi minum dengan pria lain!”
“Kau mau apa? Apa kau akan menyeretku pulang dengan helikopter?”
“Kau pikir aku tak bisa?”
“Oh, iya. Saat kau datang menyelamatkanku dari Prajurit Ryan, tapi, kenapa bisa kau membawa helikopter Arab?”
Kapten Yoo menghindar dari pertanyaan itu karena jika ia menjawab bahwa ia menggunkan kartunya maka dokter Kang akan marah. Melihat sikap Kapten Yoo dokter Kang sudah mengetahuinya dan benar saja bahwa ia marah karena Kapten Yoo menggunakan kartunya. Kapten Yoo menghindar dari omelan dokter Kang ia pura-pura haus dan akan mengambil minum di kulkas tapi dokter Kang menutupny dan masih mengomel. Kapten Yoo lalu mencubit pipi dokter Kang dan berkata “Aigoo~ kau ini sungguh materialistik, ya.”



Kim Gi Beom akan mengikuti ujian kualifikasi (GED), Kapten Yoo, sersan Seo, sersan Choi dan 2 rekan lainnya menyemangatinya. Mereka memberikan beberapa makanan untuk Gi Beom. Mereka merasa semua orang melihat ke mereka, sersan Seo mengatakan bahwa mereka harus bersikap seperti warga sipil. Mereka semua mengangkat krah jas mereka. Kapten Yoo mengembalikannya dan berkata bahwa bukan seperti itu. Mereka semua lalu mendapat telepon bahwa ada tugas kecuali Sersan Seo ia tidak mendapatkan telepon. Kapten Yoo melihat ke arah Sersan Seo.

Tim Alpa mendapat tugas operasi gabungan mereka akan segera diberangkatkan. Kapten Yoo dan anggota lainnya sedang berkemas tapi Sersan Seo hanya duduk. Kemudian Sersan Seo dipanggil oleh Komandan.



Sersan Seo menghadap ke Komandan Yoon.
“Ini adalah misi 3 bulan. Karena masih belum ada yang bisa mengisi posisimu, aku akan memerintahmu untuk melakukan misi ini. Ataukah, kau bisa langsung menandatangani pengunduran dirimu. Kau akan pilih yang mana?” kata Komandan Yoon.
“Aku akan pergi.” Jawab Sersan Seo.
“Baiklah. Pergilah dan tetap kembali. Karena kondisi Tim Alpha tak memungkinkan sekarang, pengunduran dirimu akan diterima setelah aku menemukan penggantimu. Kita bisa melakukannya dengan cara ini. Aku juga tak tahu kapan penggantimu akan ditentukan.”
“Maaf. Apa maksud anda...”
“Saat kau kembali, datanglah bersama Myeong Ju. Kita akan... meminum secangkir teh.”
“Komandan...”
“Jadwalnya pukul 21:00. Jangan terlambat. Kembalilah dengan selamat.”
“Sersan Seo Dae Young akan kembali dengan selamat. Hormat.” Sersan Seo lalu pergi untuk bersiap-siap. Komandan Yoon merobek surat pengunduran diri milik Sersan Seo.

Sersan Seo menunggu Letnan Yoon di depan kantornya tapi Letnan Yoon tidak ada. Ia pergi, ia meninggalkan name tag(kalung tanda pengenalnya) di depan pintu ruangan Letnan Yoon. Letnan Yoon datang dan melihat nametag sersan Seo tapi sersan Seo sudah tidak ada di sana.



Dokter Lee Chi Hun sedang kesal sendiri karena yang waktu itu ia pikir nama anak itu tapi ternyata bukan namanya. Daniel memberitahunya bahwa yang anak itu katakan adalah kambing. Dokter Kang lalu mendapat telepon.
Dokter Kang berlari keluar ia menemui Kapten Yoo.
“Kau cepat sekali datangnya. Kita kencan 2 jam lagi, 'kan? Ada apa? Sepertinya bukan urusan kencan kita, ya?” kata Dokter Kang.
“Bukan.” Jawab Kapten Yoo.
“Kau mau ke "Mall" lagi?”
“Ya. Kali ini aku akan pergi agak lama. Aku akan sibuk nanti, jadi aku ingin melihat wajahmu sebelum aku pergi.”
“Berapa lama? Seminggu? 2 minggu?”
“3 bulan.”
“3 bulan? Apa kau mau pergi ke "Mall" luar negeri?”
“Anggap saja aku sedang mengikuti WaMil (Wajib Militer). Biasanya mereka diberikan cuti setelah 100 hari.”
“Apa kau memintaku menjadi gadis ABG yang menunggu pacarnya selesai WaMil?
“Jangan coba-coba minum dengan pria lain.” Kata Kapten Yoo. Mata dokter Kang berkaca-kaca lalu ia mengatakan “Maaf, aku sudah berusaha menahannya, tapi tidak bisa.” Kapten Yoo lalu memeluknya.
“Maaf karena membuatmu berusaha menahan tangismu.” Kata Kapten Yoo.
“Kalau sudah tahu, cepatlah kembali. Jangan terluka. Jangan terlambat.”
“Aku tak akan terluka. Aku tak akan mati. Aku pasti akan kembali. Aku berjanji padamu.”
“Apa kita bisa saling teleponan?”
“Tempat ini tak mendukung jaringan internet. Tapi, aku jika bisa, aku pasti akan meneleponmu. Kau harus nikmati 1 musim ini dengan baik. Aku pasti akan kembali, saat musim berganti nanti. Aku pergi dulu...” Kapten Yoo akan pergi lalu Dokter Kang memeluknya kembali.
“Aku akan merindukanmu.” Kata Kapten Yoo.
“Aku juga...”
Kapten Yoo pergi, dokter Kang melambaikan tangannya ke arah mobil Kapten Yoo. Kapten Yoo melihatnya dari spion mobilnya.



Dokter Kang sedang mengambil makanan di kantin rumah sakit dengan melamun sampai makanannya sangat banyak. Ia dipanggil oleh Dokter Lee Chi Hun yang ada di dekatnya tapi tak mendengar.
“Sunbae! Sunbae,”
“Oh, kenapa?”
“Kau baik-baik saja? Sejak kemarin kau sering melamun. Kau membuatku khawatir.” Kata Dokter Lee sambil mengembalikan makanan yang dokter Kang ambil. Dokter Kang mendapat sms dari Kapten Yoo yang mengatakan bahwa “aku tiba dengan selamat. Aku merindukanmu.” Dokter Kang terlihat senang.



Setiap hari Dokter kang mengirimkan pesan pada Kapten Yoo walau tak dibalas. Ia selalu cerita apa yang sedang ia lakukan.
Aku akan ke rumah sakit. Langit Korea sangat cerah. Di sana bagaimana? Apa di sana dingin atau hangat? Di manapun kau sekarang, aku sangat, sangat, sangat merindukanmu.”
“Lagu kebangsaan sedang diputarkan di TV sekarang. Kenapa aku merasa lagu kebangsaan ini menjadi lagu percintaanku, ya? Cepatlah kembalil! Aku merindukanmu!”
“UGD sedang sibuk sekali, aku sedang makan siang. Di Korea sudah musim dingin. Kau bilang, kau akan kembali saat musim berganti. Kau di mana? Aku jadi sedih tak mendengar kabar darimu.”
Dokter Kang makan siang di atap, ia melihat helikopter di atas lalu mengatakan “Pasti keren jika kau kembali dengan helikopter.”



Kapten Yoo bersama timnya telah selesai melaksanakan tugas mereka. Kapten Yoo menyuruh sersan Choi dan 2 rekan lainnya untuk lebih dulu naik helikopter yang datang. Kapten Yoo da Sersan Seo akan naik helikopter berikutnya. Kapten Yoo menghampiri Sersan Seo dan mengatakan bahwa 10 menit mereka akan kembali. Tiba-tiba Kapten Yoo tertembak, Sersan Seo menyeretnya ke tempat untuk berlindung. Ia mencoba menahan darah yang keluar dari tubuh Kapten Yoo. Sersan Seo sangat khawatir padanya dan menyuruh Kapten Yoo agar bertahan.
Kapten Yoo mengingat saat seniornya dulu mati tertembak. Kapten Yoo masih bertahan, sersan Seo menyuruhnya agar jangan sampai ia tertidur. Lalu Sersan Seo juga ketembak, kapten Yoo pigsan.
Sersan Choi mencoba menghubungi Kapten Yoo tapi tidak ada jawaban. Ia sangat mengkhawatirkan kaptennya dan juga sersan Seo. Kemudian ia melihat bahwa ada bom meledak tempat dimana Kapten Yoo dan Sersan Seo berada. Sersan Seo dan dua rekannya sangat mengkhawatirkan mereka, mereka berteriak memanggil Kapten.



Dokter Kang mengirimkan pesan lagi ke Kapten Yoo, ia terlihat kesal dengannya yang tidak ada kabar juga dari Kapten Yoo.
“Apa kau tak terlalu kejam padaku? Kau ada di Hwaseong, 'kan? Suratku pasti sudah sampai, 'kan? Aku akan keluar minum dengan pria tampan nanti.  Makanya, cepat kembali.”
Letnan Yoon datang. Mereka sedang di restoran bersama.
“Jika dia tak balas, berarti dia sedang sibuk melakukan sesuatu sekarang. Kenapa kau kesal begini setiap hari, sih?” kata Letnan Yoon.
“Itu agar dia nantinya akan sangat menyesal karena telah membuatku kesal. Tapi, apa mereka selalu diberikan misi di tempat terpencil begini?” kata Dokter Kang.
“Apa itu tempat terpencil atau tidak, aku selalu saja diabaikan. Karena kami lebih sering putusnya daripada kencannya.”
“Apa kali ini, kalian sungguhan sudah putus?”
“Kami belum baikan. Ini bukan lah pertengkaran biasa, tapi PERANG! Dan aku tak bisa kalah dalam perang ini. Karena dia meninggalkan name tag-nya, sepertinya aku di atas angin sekarang. Ayo bersulang.”
“Jika dia kembali nanti. Cuti atau pun harus berhenti kerja, aku akan menempel padanya semingguan penuh.” Kata dokter Kang.
“Aku akan menyita ponselnya dan pergi berlibur. Aku akan mem-booking kamar hotel. Dan aku akan "beraksi" di sana.” Kata Letnan Yoon.
Dokter Kang lalu mendapatkan sms. Ia berkata “Daebak! (Keren!)”
“Apa dia membalasnya?”
“Kopral Kim mendapatkan hadiah atas memenangkan pertandingan sepak bola. Aku masuk di "Gomooshin" fan cafe.[Komunitas wanita untuk pacarnya selesai WaMil]”
“Yang benar saja. Cepat tuangkan aku minum, Mo Yeon Gomooshin-nim.”
“Kau sungguh kuat minum alkohol, ya?”
Dokter Kang melihat ke luar, di luar sedang hujan ia teringat akan Kapten Yoo.
“Pria-pria itu... akan menyenangkan jika mereka sudah kembali sekarang.” Kata Dokter Kang.
“Mereka pasti akan kembali.” Kata Letnan Yoon.
“Iyakan? Mereka pasti akan kembali, 'kan?” Dokter Kang memegang kalung pemberian Kapten Yoo.



Sersan Choi dan 2 rekannya kembali ke korea, mereka disambut oleh Komandan Yoon dan tentara lainnya. Selain itu mereka juga disambut dengan hujan. Sersan Choi memberikan laporan “Operasi gabungan telah selesai. Dan mayatnya... belum ditemukan.” Semua terdiam.

Ayah Kapten Yoo menemui Komandan Yoon, saat masuk ke ruangan ia melihat surat dan nametag Kapten Yoo. Tanpa berkata ayah Kapten Yoo mengerti apa yang terjadi. Komandan Yoon memberikan surat itu pada ayah Kapten Yoo. Ayah Kapten Yoo pun menangis, Komandan Yoon memberikan hormat padanya.



Letnan Yoon sedang memilih-milih hotel. Sersan Kim Beom Rae datang dan akan melaporkan pada letnan Yoon dengan ekspresi sedih. Letnan Yoon mengira bahwa Sersan Seo sudah kembali lalu ia segera bersiap-siap. Tapi sersan Kim mengatkan bahwa ia akan melakukan laporan.

Sersan Choi juga menemui dokter Kang, Dokter Kang berpikir bahwa yang datang adalah Kapten Yoo. Ia bertanya pada Sersan Choi ada urusan apa ia mencarinya. Sersan Choi mengatkan “aku sungguh...minta maaf”.
Sersan Kim dan Sersan Choi memberitahukan bahwa Kapten Pasukan Khusus, Yoo Si Jin, dan Sersan Seo Dae Young, saat melakukan misi penyelamatan, telah meninggal.
Dokter Kang dan Letnan Yoon terkejut, mata mereka berkaca-kaca dan akan menangis mendengar kabar tersebut. Mereka masih tak percaya. Sersan Choi memberikan surat wasiat Kapten Yoo pada dokter Kang.



Dokter Kang sedang membaca surat wasiat dari Kapten Yoo.
“Sebelum kami melakukan misi, kami akan menulis surat wasiat. Tapi, aku selalu berharap kau tak akan bisa membacanya. Tapi, jika kau akhirnya membaca surat ini, aku telah melanggar janjiku. Janji bahwa aku tak akan membuatmu khawatir. Janji untuk tak menyakitimu, Janji untuk tidak mati, janji bahwa aku pasti akan kembali.  Aku telah melanggar semuanya.”
Dokter Kang lalu pergi ke suatu tempat. Ia mengendarai mobil dengan menangis.
“Maafkan aku. Di tempat yang sekarang kau pijaki akan selalu cerah. Aku bertemu denganmu. Dan aku mencintaimu di tempat itu. Dan di tempat ini juga, hubungan kita berakhir.  Aku sungguh menyesal akan hal itu.”



Letnan Yoon menemui ayahnya, ia masih belum menerima mengenai kabar buruk itu.
“Ini bohong, 'kan? Ayah berbohong, 'kan? Ini bohong.”
“Maaf.”
“Ayah, aku mohon. Aku mohon... Tolong, katakan bahwa semua ini tidaklah benar.” Letnan Yoon mengatakannya dengan menangis.
“Seo Dae Young... ingin memberikan ini padamu.” Ayah Myung Ju memberikan surat wasiat sersan Seo pada Letnan Yoon.
“Tidak. Aku tak mau. Aku tak mau menerimanya. Jika aku membacanya... Jika aku menerimanya... itu artinya dia sungguh sudah mati. Ini semua karena ayah. Kau merenggut semua waktu yang bisa kami habiskan bersama. Kami masih belum baikan. Yang bisa kukatakan hanyalah kata-kata kasar.”
“Ini adalah ucapan terakhir dari seorang prajurit. Jagalah ini dengan baik-baik.”
“Aku tak mau. Sudah kubilang, aku tak mau.” Letnan Yoon mengambil surat itu dengan kasar.



Dokter Kang berlari menuju kantor Letnan Yoon, saat akan masuk ke gedung ia mendengar suara tangisan. Dokter Kang melihat Letnan Yoon yang sedang menangis di luar ia lalu menghampirinya.
“Kenapa kau menangis di sini? Kenapa kau menangis? Apa lagi yang bisa kulakukan jika kau menangis begini? Aku tak bisa mengatakan apa-apa padamu. Aku terus berdoa saat dalam perjalanan ke sini. Aku harus bagaimana jika kau saja menangis seperti ini? Bukannya kau bilang, ayahmu punya posisi yang tinggi? Apa kau sudah mengkonfirmasi semuanya? Mereka bisa saja salah! Mereka mungkin akan kembali! Apa kau menangis setelah memeriksa semuanya? Berhenti menangis dan jawab aku, Yoon Myeong Ju.” Lalu dokter Kang melihat Letnan Yoon juga memegang surat wasiat. Letnan Yoon tidak menjawabnya sama sekali ia terus saja menangis.
“Jadi, ini sungguhan? Dia sungguh tak akan kembali? Aku, benar-benar... tak akan bertemu dia lagi? Benarkah? Dia tak akan kembali?”
Letnan Yoon menganggukkan kepalanya. Dokter Kang lalu menangis.



Dokter Kang sedang di rumahnya, ia sedang berbaring dan terdiam.
“Aku memang kejam, tapi, aku harap kau tak akan menangis terlalu lama. Aku ingin kau selalu ceria. Kau harus jalani hidupmu dengan baik. Dan juga... lupakan lah aku. Aku mohon padamu.” Lanjutan surat Kapten Yoo.
Letnan kolonel datang menemui dokter Kang.
“Minggu depan, kami akan mengeluarkan pengumuman resmi. Kematian Kapten Yoo Si Jin dan Sersan Seo Dae Young akan diumumkan sebagai kecelakaan mobil. Untuk masalah keselamatan, kau harus menandatangani sumpah kerahasiaan ini. Mohon kerja samammu.” Kata letnan kolonel.
“Apakah akibat kematiannya itu adalah untuk menyelamatkan hidup seseorang?” tanya Dokter Kang.
“Ya.”
“Kematiannya... untuk melindungi sebuah tempat tertentu?”
“Ya.”
“Apa kematiannya... adalah untuk kepentingan negara?”
“Ya. Dia melakukannya untuk negara.”
“Bahkan dengan alasan itu, kematiannya... memintaku untuk menandatangani dokumen ini...”
“Maaf.”
“Kenapa harus seperti ini, kenapa... dia memilih akhir yang seperti ini? Bahkan kau harus merahasiakan kematianmu. Aku harap, apa yang akan aku lakukan ini adalah apa yang kau inginkan. Kapten Yoo Si Jin.” Dokter Kang menandatangani surat itu dengan menangis.



Dokter Kang sudah mulai sibuk bekerja di rumah sakit. Setelah menjalani operasi ia akan makan di kantin. Dokter Kim menemuinya dan seperti biasa ia mengganggunya.
“Kudengar, kau mendapatkan title-mu kembali, ya? Hebat juga, ya. Sebagai teman, aku mengucapkan selamat atas promosimu yang cepat ini. Kudengar kau menentang perubahan pemasok untuk Cosmo Farmasi?” kata Dokter Kim.
“Obat yang sekarang kan sudah murah dan juga bagus. Untuk apa diganti?” kata Dokter Kang.
“Kenapa kau tak setuju saja, sih? Manager Park adalah sepupu Dr. Park, dia juga besan dari keluargaku.”
“Dia adalah suami bibimu.”
“Nah, jika kita menggantinya, semua akan diuntungkan. Kau sedang menulis laporan untuk klinik sekarang, 'kan? Kenapa kau mau menyusahkan pekerjaan orang lain, sih?”
“Siapa yang disusahkan?”
“Aku. Apa kau yang membayarnya? Jika kau mau jadi Schweitzer, jadi relawan saja sana. Banyak yang sekarat di Africa dan mereka kekurangan tenaga medis. Cepat ke sana dan selamatkan dunia.”
“Kudengar, kemampuanmu masih belum bagus dan di unitmu banyak yang salah diagnosis. Kau harus cepat menyewa pengacara jika kau ingin menyelamatkan lisensi doktermu itu.” Kata Dokter Kang, dokter Kim lalu marah. Dokter Kang menyuruh dokter Kim pergi karena ia ingin makan dengan tenang.



Dokter Kang sedang minumbersama Dokter Pyo. Mereka mengobrol bersama, Dokter Pyo menyuruh agar Dokter Kang jangan di ruang operasi terus lalu dokter Kang mengatakan “Aku adalah wanita seksi saat aku berada dalam ruang operasi.” Dokter lalu jadi teringat oleh Kapten Yoo. Ia juga mengingat air, wine, lilin, foto x-ray, karet gelang. Matanya berkaca-kaca karena mengingatnya. Ia pun menangis. Dokter Pyo bertanya apa dokter Kang ingin ia peluk, dokter Kang menolaknya. Dokter Pyo bertanya kemabali apa ia ingin minum, dokter Kang menghapus air matanya ia akan minum kembali. Mereka berdua lalu tertawa. 



Letnan Yoon memberikan laporan pada Komandan Yoon.
“Aku akan melapor. Letnan Yoon Myeong Ju pada November 31, 2015 telah menerima perintah untuk pergi ke markas Taebaek di Urk. Laporan selesai. Hormat.”
“Kembalilah dengan selamat. Kali ini, jangan sampai sakit.”
“Maaf karena membuatmu khawatir. Ayah juga harus tetap sehat.”
“Iya.”
“Terima kasih telah memberikanku perintah misi yang baik.”
“Dan apa yang membuatku khawatir adalah... perintah itu. Karena aku telah membuat putriku menderita dan hal itu adalah kegagalan total dalam bertugas. Aku tahu, kau hanya mengkhawatirkan bocah itu. Tapi, kau lah yang aku khawatirkan. Seorang putri yang mengkhawatirkan pria lain ituaku berharap mengkhawatirkan ayahnya juga. Jika kau... bisa memaafkanku. Maka maafkan lah aku.”



Letnan Yoon mengajak Dokter Kang ke bar bersama. Dokter Kang datang.
“Kenapa kita pergi ke bar di siang hari begini?” kata Dokter Kang.
“Aku hanya menyesuaikan waktu, di Urk sudah malam sekarang. Aku akan ke sana lagi.” Kata Letnan Yoon.
“Ah... Kau beruntung bisa kembali ke Urk.”
“Apa kau iri? Kau mau ikut denganku?”
“Iya, ya? Pria-pria itu bisa ke sana bersamaan, kita juga bisa.”
“Kau memang sudah gila. Ini adalah hadiah perpisahan. Aku mengambilnya dari barak. Boneka ini adalah pacar Sersan Seo. Dan boneka itu adalah pacar kapten Yoo.” Letnan Yoon memberikan boneka Kapten Yoo pada dokter Kang.
“Boneka ini pendek. Letnan Yoon, kau menang kali ini. Kapan kau berangkat?”
“Senin subuh. Aku masih punya waktu 3 hari, kau mau pesta 3 hari 3 malam? Kau setuju?”
“Tentu saja.” Mereka lalu minum bersama.
“Anehnya, belakangan ini, aku selalu teringat dengan kenangan manisku.” Kata Dokter Kang.
“Yang aku ingat hanyalah hal-hal yang tak sempat aku lakukan dengannya.” Kata Letnan Yoon.
“Tapi, aku ingin tahu, kapan mereka berdua bertemu? Aku selalu mau bertanya, kenapa mereka bisa jadi sahabat begini? Sekarang, aku tak bisa bertanya lagi pada mereka.”
“Aku bisa menjawabnya. Mereka pertama kali bertemu karena seorang wanita.”
“Seorang wanita.”



Flashback
Sersan Seo akan pergi, di luar sedang hujan. Ia mengingat pada letnan Yoon yang menyuruhnya memberitahu Kapten Yoo bahwa ia pacarnya. Sersan berjalan dengan menggunakan payungnya lalu seseorang datang untuk ikut payungan dengannya. Seseorang itu adalah Kapten Yoo yang merangkul sersan Seo.
“Aku adalah Kapten di sini, kita bisa berbagi payung, 'kan?” kata Kapten Yoo.
“Kami sudah pacaran.” Kata Sersan Seo lalu Kapten Yoo melepas tangannya.
“Maksudmu dengan "kami"?”
“Aku pacaran dengan Letnan Yoon Myeong Ju.”

Kapten Yoo ke bar bersama Sersan Seo.
“Aku pacaran dengan Letnan Yoon Myeong Ju.” Kata Sersan Seo, ia terlihat masih kaku dengan Kapten Yoo.
“Sejak kapan kalian pacaran?” tanya Kapten Yoo.
“Kami telah pacaran selama satu tahun sekarang.”
“Kapan kau bertemu dengan Myeong Ju?”
“Aku bertemu dengannya sebulan yang lalu.”
“Kau bilang tadi, kalian sudah pacaran selama 1 tahun?”
“Aku adalah pacar Letnan Myeong Ju, dan kau harus tahu itu.”
“Apa kau tahu, ayahnya itu punya 3 bintang di pundaknya?” kata Kapten Yoo dan sepertinya sersan Seo baru mengetahuinya.
“Menurutku, seseorang bisa membuat 3 kesalahan dalam hidupnya. Ayahku juga adalah mantan narapadina, dan dia tak akan menghalangi cinta kami. Kuberitahu sekali lagi, aku adalah pacar Letnan Yoon Myeong Ju.” Kata Sersan Seo. Kapten Yoo tersenyum.
“Aku harap kalian sungguh jadian.”
“Akan kupastikan hal itu juga. Kami sudah pacaran selama 1 tahun.”
“Ya, ya~ aku tahu. Aku iri padamu.”
“Kau sudah menyerah?”
“Mungkin aku juga akan menemui seseorang seperti hubungan kalian ini. Dan kita tak akan memperebutkan Myeong Ju. Kita harus saling membela jika terjadi sesuatu.”
Flashback end.



Dokter Kang sedang berjalan membawa boneka Kapten Yoo ia melewati cafe yang ia biasanya bersama Kapten Yoo.
Flashback
Kapten Yoo sedang di cafe bersama dokter Kang.
“Oh ya, kita tak pernah mengatakan, "Aku mencintaimu".” Kata Kapten Yoo ia lalu meminum minumannya.
“Kita mengucapkannya dengan tubuh, bukan dengan kata-kata.” Jawab dokter Kang, kapten Yoo yang mendengar jawabannya dan sedang minum langsung terbatuk.
“Kita pegangan tangan, ciuman tanpa mengatakan "Aku mecintaimu". Daebak! Kita keren, 'kan?” kata Dokter Kang.
“Kenapa wanita bisa mengatakan hal-hal seperti itu?” kata Kapten Yoo.
“Aku memang permberani, kok.”
“Baiklah, kalau begitu ayo ucapkan kata-kata itu. Kita mulai secara alfabet, kau duluan. Namamu kan "(K)ang Mo Yeon".
“Orang yang ingin mendengarnya lah yang harus duluan mengucapkannya.”
“Tidak, Lady's fisrt!Kalau begitu, sesuai usia?”
“Kenapa kau memaksaku, sih? Kau juga tak pernah mengucapkannya.”
“Aku Mencintaimu.” Kata Kapten Yoo.
“Oh! Kau membuatku kaget saja.”
“Aku mencintaimu~”
“Aku juga mencintaimu. Aku akan selalu setia denganmu.” Kata Dokter Kang.
“Oke! Apa kau berjanji dengan sepenuh hatimu?”
“Iya, Pak.” Mereka mencelupkan coklat bentuk hati ke minuman mereka.
“Dicelupkan seperti ini, ya?” kata Kapten Yoo.
“Tapi, rasanya agak erotis, ya.” Kata Dokter Kang.
“Kenapa wanita mengatakan itu? Masih belum larut, 'kan?”
Flashback end.



Dokter Kang menyalakan lilin. Ia berbicara dengan boneka Kapten Yoo.
“Apa aku sudah cantik? Apa aku sudah cantik dengan view yang seperti ini?” tanya dokter Kang pada boneka Kapten Yoo. Ia lalu menundukkan kepalanya.
Tiba-tiba ada Kapten Yoo duduk di sofa ia mengambil boneka itu dan memangkunya.
“Kau selalu terlihat cantik.” Kata Kapten Yoo.
“Aku sangat merindukanmu.” Kata Dokter Kang.
“Aku juga...”
“Tapi, kenapa kau tak kembali?”
“Karena aku bekerja untuk perdamaian.”
“Bagaimana dengan janjimu? Apa semuanya hanyalah bohong?”
“Aku pasti akan kembali dengan sepnuh hatiku. Aku akan kembali padamu.”
“Tapi, nyatanya kau tak kembali. Kau tak kembali.” Dokter Kang menangis dan tidak ada Kapten Yoo disana yang ada hanyalah bonekanya.

Letnan Yoon sudah sampai di Urk. Ia mengemasi barang-barangnya ia juga menaruh surat wasiat Sersan Seo di lemarinya. Ia berkata “Aku tak akan membacanya. Aku tak akan membaca meski aku akan mati. Kali ini, kau lah yang harus menderita.”



Dokter Kang sedang berada di bandara ia sedang menelepon seseorang dan memberitahu bahwa ia akan transit di Albania dan pergi ke Abu Dhabi. Kemudian ada yang meneleponnya lagi. Telepon itu ternyata dari Daniel.
Dokter Kang bertemu dengan Daniel.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kapan? Dan untuk apa benda ini?” tanya Dokter Kang.
“Aku ke sini untuk memprotes FIA, tapi aku malah dilarang. Mereka bilang, selama aku tak melewati garis merah itu, aku tak akan dipenjara.” Kata Daniel.
“Kau memang keren sekali.”
“Aku adalah kriminal Internasioanl sekarang. Aku telah diboikot 12 negera.”
“Em, tapi pria yang jahat begini lah yang disukai oleh wanita.”
“Dr. Kang, apa kau mau berlibur?”
“Aku akan menjadi relawan.”
“Ah, maksud camp. Albania? Dr. Chi Hun sudah memberitahuku. Sepertinya menjadi relawan sangatlah menyenangkan.”
“Tidak juga, sih. Karena aku memiliki alasan pribadi tersendiri. Aku ke sana karena ini adalah hadiah untuk peringatan kematiannya.”



Dokter Kang sudah sampai di Albania, ia ke sana untuk menjadi relawan. Ia sedang memeriksa anak-anak di sana.
Daniel sedang di wawancarai oleh para wartawan di korea.



Dokter Kang selesai bertugas ia sedang beristirahat ia masih menuliskan pesan untuk Kapten Yoo.
“Aku bertemu Daniel di bandara. Rasanya sangat menyenangkan. Oh ya, aku baru ingat, golongan darahku adalah O. Mungkin, aku sungguh adalah tipemu. Mereka bilang, ada gurun pasir di sini.  Apa menurutmu, di sini akan ada oasis?”
“Hidup ini lebih penting daripada setumpuk uang. Dia mengajarkan kita bahwa hidup tak bisa dibeli.  Aku ingin menjadi dokter yang seperti itu. Apa aku sudah menjadimanusia terpuji dari atas sana?”



Letnan sedang memeriksa seorang tentara. Kim Gi Beom datang dan ia menawari letnan Yoon ramen ia sudah memasakkannya. Mereka berdua makan bersama.
“Kenapa kau datang jauh-jauh ke sini?” tanya letnan Yoon.
“Sersan Kim Ki Bum. Aku memang dilahirkan sebagai tentara.”
“Kau selalu makan ramen dengan Sersan Seo, 'kan?”
“Ya, kami sering makan bersama.”
“Ayo makan, ramennya enak.”
Ki Bum lalu melihat di luar sedang turun salju ia lalu memberitahukannya pada letnan Yoon. Letnan Yoon menengok ke belakang dan benar di Urk tak biasanya turun salju.



Dokter Kang pergi ke gurun pasir, ia pergi ke sana untuk memperingati kematian Kapten Yoo. Ia berhenti sejenak dan mengikat rambutnya. Ia teringat saat Kapten Yoo mengikatkan rambutnya.
Dokter Kang menuju ke suatu tumpukan batu ia menarugh bunga di atas tumpukan batu tersebut. Ia teringat pada Kapten Yoo yang selalu berjanji ia tak akan mati. Dokter Kang menangis.
Walkie talkienya berbunyi, ia mendapat panggilan dari rekannya yang memintanya jika ia kembali untuk membawakan lidocaine. Dokter Kang menjawabnya bahwa ia akan segera kembali. Ia lalu menaruh batu putih itu di atas batu tapi batu itu jatuh. Ia menaruhnya kembali dan batu itu jatuh kembali. Ia menaruhnya kembali kemudian walkie talkienya berbunyi dan itu dari big boss. Dokter Kang menjatuhkan walkie talkienya. Ia mengambil ponselnya dan melihat pesan yang ia kirim ke Kapten Yoo.
“Aku selalu saja mendengar hal-hal yang aneh belakangan ini.” Dokter Kang melihat ke ponselnya kembali dan melihat pesannya telah dibaca.



Walkie talkienya berbunyi kembali bahwa big boss memanggil. Dokter Kang melihat ke arah sekelilingnya. “Beauty, tolong berbalik. Over.” Dokter Kang melihat ke belakang dan ia melihat Kapten Yoo yang muncul dari jauh dan ia berjalan ke arahnya.
Dokter Kang terus saja mengatakan tidak mungkin. Ia berlari ke arah Kapten Yoo lalu ia terjatuh. Kapten Yoo berlari menghampirinya dan membantunya berdiri.
“Sudah lama tak berjumpa, ya?” kata Kapten Yoo.
“Kau... Kau masih hidup?” kata Dokter Kang.
“Aku sempat kesulitan menjaga janjiku untuk tetap selamat.” Mata mereka berkaca-kaca. Kapten Yoo lalu memeluk dokter Kang.
“Kau masih hidup. Kau masih hidup.”
“Maafkan aku. Maafkan aku...”




Bersambung . . .

No comments:

Post a Comment