Kapten Yoo sedang duduk di kursi roda sambil mendengarkan
musik lewat earphonenya. Ia tidak lagi mengenakan pakaian rumah sakit seperti
ia akan check out. Dokter Kang datang menghampirinya.
“Bukannya aku terlihat seperti sebuah lukisan yang indah
sekarang?” kata Kapten Yoo.
“Ya, setiap hari malah. Prosedur check out-mu sudah selesai.
Ayo ke tempat parkir. Hari ini, aku akan menjadi pacar dan bukannya doktermu.”
Kata dokter Kang.
“Wow, benarkah? Aku jadi bahagia. Ayo!” kata Kapten Yoo.
Mereka sudah di luar rumah sakit, dokter Kang mendorong
kursi roda Kapten Yoo. Dokter Kang bertanya lagu apa yang sedang Kapten Yoo
dengarkan lalu Kapten Yoo memasangkan earphonenya pada dokter Kang ia juga mengatakan
bahwa itu lagu favoritnya. Kapten Yoo memutarkan rekaman wasiat dokter Kang
yang mengakui perasaannya pada Kapten Yoo. Dokter Kang terkejut mendengarnya ia
lalu langsung melepaskan pegangan di kursi rodanya.
Kursi roda itu pun berjalan, kapten Yoo memanggil-manggil
dokter Kang. Dokter Kang mencoba mengejarnya tapi ahirnya Kapten Yoo terjatuh. Dokter
Kang bertanya apa kau baik-baik saja? Tapi bukan untuk Kapten Yoo tapi ia malah
menghampiri kursi roda itu, ia lebih mengkhawatirkan kerusakan kursi roda itu. Kapten
Yoo merasa kesal.
“Jadi, yang kau khawatirkan itu hanya si kursi roda? Dengar
ya, 10 menit yang lalu aku hampir saja mati. Ini adalah kasus percobaan
pembunuhan.” Kata Kapten Yoo.
“Jadi, kenapa kau masih mendengar "itu"? Bagaimana
dengan kursi roda ini?” kata Dokter Kang.
“Sungguh ya wanita ini! Kau bahkan bisa merusak kursi roda.
Dengar aku, kita tak boleh sampai naik angkutan umum. Ini demi keselamatan
warga.
“Memangnya hanya aku yang salah?”
Letnan Yoon sedang makan bersama Sersan Seo ia terlihat
sangat lahap memakannya.
“Bicaralah. Aku akan pergi jika makananku sudah habis. Makananku
sudah hampir habis.” Kata Letnan Yoon.
“Tak ada yang ingin kukatakan.” Kata Sersan Seo.
“Jika memang begitu, kenapa kau mengajakku makan?”
“Karena kau terlihat sangat kurus.”
“Aku hanya sedikit stres. Tapi, apa pedulimu? Bukannya kita
sudah putus? Atau hanya break sementara saja? Apa hubungan kita sekarang? Apa
kita sedang berunding ingin memutuskan hubungan? Ataukah kita sudah putus
sekarang?”
“Aku sedang ingin mengerti Yoon Myeong Ju.”
“Itu artinya kau masih belum mengerti.”
“Tolong buat aku mengerti.”
“Jadi, setelah kau berhenti, kau akan bekerja di perusahaan.
Dan hidup sebagai menantu ayahku? Itu yang kau mau, 'kan?”
“Tapi, kita tetap bisa bersama.”
“Ya. Kau sekarang terlihat "sangat bahagia", ya?
Aku yang akan berhenti. Aku tak mau melihat ayah lagi. Ayah dan aku punya
kehidupan yang berbeda. Aku bisa hidup tanpa harus melihat dia.”
“Apa hanya itu yang bisa kau katakan? Mungkin sebentar lagi
kau menjadi Letnan Kolonel. Dan mungkin saja, bukan mungkin, tapi kau pasti
akan naik jabatan. Seorang wanita yang mampu meraih banyak bintang! Bahkan jika
aku jadi ayahmu, aku akan menentang hubungan ini.”
“Aku memang tahu itu. Aku sangat membencimu.”
“Kau pikir aku bahagia sekarang? Kau sudah selesai, 'kan? Aku
akan pergi membayar bill-nya. Aku permisi.” Sersan Seo berdiri dan akan pergi
keluar lalu letnan Yoon mengatakan “Lain kali, tak usah datang meneraktirku,
tapi beri aku jawabanmu. Apakah kita putus atau tidak?“ Sersan Seo tidak
menjawabnya dan tetap pergi.
Ayah Myung Ju berada di kantornya ia melihat ke arah
formulir pengunduran diri milik Sersan Seo.
Dokter Kang berada di rumah ia mendapat sms dari Kapten Yoo
yang menanyakan apa yang sedang ia lakukan. Dokter Kang menjawab ia sedang
bersiap-siap untuk mandi. Lalu Kapen Yoo meneleponnya dengan video call.
“Kau sudah merindukan aku, ya?” kata Dokter Kang.
“Bukannya kau mau mandi?” kata Kapten Yoo.
“Iya?”
“Tapi, kau masih pakai baju, tuh.”
“Apa karena itu kau mau video call-an? Bukan karena kau merindukan
aku?”
“Aku merindukanmu. Semuanyaaa~~”
“Dasar mesum! Aku baru mau buka baju saat kau menutupnya
nanti.” Dokter Kang menutup teleponnya.
Bel berbunyi, dokter Kang membuka pintu dan ternyata Kapten
Yoo yang datang. Ia membawa minuman. Dokter Kang menghitungnya dan menyuruh
Kapten Yoo jangan meminumnya sendirian. Ia lalu pergi mandi.
Selesai dokter Kang mandi, kapten Yoo sudah menyiapkan
minumannya dan ia juga menempatkan lilin di berbagai sudut.
“Wah~ apa ini?” kata Dokter Kang.
“Ini adalah hadiah. Jadi, kau bisa cantik dari sudut
manapun. Kau sangat cantik.” Kata Kapten Yoo.
“Heh? Kau baru sadar, ya? Bagaimana kau bisa tahu aroma
lilin kesuakaanku?”
“Dengan mataku.”
“Dengan sekali lihat?”
“Apa menurutmu, aku datang ke sini hanya sekali?”
“Tidak, sih.”
“Berapa kali?”
“Kenapa? Aku tak penasaran.”
“Jangan minum dulu.”
“Ah! Aku sudah ingat. Saat aku mabuk dulu.”
“Kapan?”
“Beberapa hari yang lalu.”
“Jangan coba-coba pergi minum dengan pria lain!”
“Kau mau apa? Apa kau akan menyeretku pulang dengan
helikopter?”
“Kau pikir aku tak bisa?”
“Oh, iya. Saat kau datang menyelamatkanku dari Prajurit
Ryan, tapi, kenapa bisa kau membawa helikopter Arab?”
Kapten Yoo menghindar dari pertanyaan itu karena jika ia
menjawab bahwa ia menggunkan kartunya maka dokter Kang akan marah. Melihat
sikap Kapten Yoo dokter Kang sudah mengetahuinya dan benar saja bahwa ia marah
karena Kapten Yoo menggunakan kartunya. Kapten Yoo menghindar dari omelan dokter
Kang ia pura-pura haus dan akan mengambil minum di kulkas tapi dokter Kang
menutupny dan masih mengomel. Kapten Yoo lalu mencubit pipi dokter Kang dan
berkata “Aigoo~ kau ini sungguh materialistik, ya.”
Kim Gi Beom akan mengikuti ujian kualifikasi (GED), Kapten
Yoo, sersan Seo, sersan Choi dan 2 rekan lainnya menyemangatinya. Mereka
memberikan beberapa makanan untuk Gi Beom. Mereka merasa semua orang melihat ke
mereka, sersan Seo mengatakan bahwa mereka harus bersikap seperti warga sipil.
Mereka semua mengangkat krah jas mereka. Kapten Yoo mengembalikannya dan
berkata bahwa bukan seperti itu. Mereka semua lalu mendapat telepon bahwa ada
tugas kecuali Sersan Seo ia tidak mendapatkan telepon. Kapten Yoo melihat ke
arah Sersan Seo.
Tim Alpa mendapat tugas operasi gabungan mereka akan segera
diberangkatkan. Kapten Yoo dan anggota lainnya sedang berkemas tapi Sersan Seo
hanya duduk. Kemudian Sersan Seo dipanggil oleh Komandan.
Sersan Seo menghadap ke Komandan Yoon.
“Ini adalah misi 3 bulan. Karena masih belum ada yang bisa
mengisi posisimu, aku akan memerintahmu untuk melakukan misi ini. Ataukah, kau
bisa langsung menandatangani pengunduran dirimu. Kau akan pilih yang mana?”
kata Komandan Yoon.
“Aku akan pergi.” Jawab Sersan Seo.
“Baiklah. Pergilah dan tetap kembali. Karena kondisi Tim
Alpha tak memungkinkan sekarang, pengunduran dirimu akan diterima setelah aku
menemukan penggantimu. Kita bisa melakukannya dengan cara ini. Aku juga tak
tahu kapan penggantimu akan ditentukan.”
“Maaf. Apa maksud anda...”
“Saat kau kembali, datanglah bersama Myeong Ju. Kita akan...
meminum secangkir teh.”
“Komandan...”
“Jadwalnya pukul 21:00. Jangan terlambat. Kembalilah dengan
selamat.”
“Sersan Seo Dae Young akan kembali dengan selamat. Hormat.”
Sersan Seo lalu pergi untuk bersiap-siap. Komandan Yoon merobek surat
pengunduran diri milik Sersan Seo.
Sersan Seo menunggu Letnan Yoon di depan kantornya tapi
Letnan Yoon tidak ada. Ia pergi, ia meninggalkan name tag(kalung tanda
pengenalnya) di depan pintu ruangan Letnan Yoon. Letnan Yoon datang dan melihat
nametag sersan Seo tapi sersan Seo sudah tidak ada di sana.
Dokter Lee Chi Hun sedang kesal sendiri karena yang waktu
itu ia pikir nama anak itu tapi ternyata bukan namanya. Daniel memberitahunya
bahwa yang anak itu katakan adalah kambing. Dokter Kang lalu mendapat telepon.
Dokter Kang berlari keluar ia menemui Kapten Yoo.
“Kau cepat sekali datangnya. Kita kencan 2 jam lagi, 'kan?
Ada apa? Sepertinya bukan urusan kencan kita, ya?” kata Dokter Kang.
“Bukan.” Jawab Kapten Yoo.
“Kau mau ke "Mall" lagi?”
“Ya. Kali ini aku akan pergi agak lama. Aku akan sibuk
nanti, jadi aku ingin melihat wajahmu sebelum aku pergi.”
“Berapa lama? Seminggu? 2 minggu?”
“3 bulan.”
“3 bulan? Apa kau mau pergi ke "Mall" luar negeri?”
“Anggap saja aku sedang mengikuti WaMil (Wajib Militer).
Biasanya mereka diberikan cuti setelah 100 hari.”
“Apa kau memintaku menjadi gadis ABG yang menunggu pacarnya
selesai WaMil?
“Jangan coba-coba minum dengan pria lain.” Kata Kapten Yoo.
Mata dokter Kang berkaca-kaca lalu ia mengatakan “Maaf, aku sudah berusaha menahannya,
tapi tidak bisa.” Kapten Yoo lalu memeluknya.
“Maaf karena membuatmu berusaha menahan tangismu.” Kata
Kapten Yoo.
“Kalau sudah tahu, cepatlah kembali. Jangan terluka. Jangan
terlambat.”
“Aku tak akan terluka. Aku tak akan mati. Aku pasti akan
kembali. Aku berjanji padamu.”
“Apa kita bisa saling teleponan?”
“Tempat ini tak mendukung jaringan internet. Tapi, aku jika
bisa, aku pasti akan meneleponmu. Kau harus nikmati 1 musim ini dengan baik.
Aku pasti akan kembali, saat musim berganti nanti. Aku pergi dulu...” Kapten
Yoo akan pergi lalu Dokter Kang memeluknya kembali.
“Aku akan merindukanmu.” Kata Kapten Yoo.
“Aku juga...”
Kapten Yoo pergi, dokter Kang melambaikan tangannya ke arah
mobil Kapten Yoo. Kapten Yoo melihatnya dari spion mobilnya.
Dokter Kang sedang mengambil makanan di kantin rumah sakit dengan
melamun sampai makanannya sangat banyak. Ia dipanggil oleh Dokter Lee Chi Hun
yang ada di dekatnya tapi tak mendengar.
“Sunbae! Sunbae,”
“Oh, kenapa?”
“Kau baik-baik saja? Sejak kemarin kau sering melamun. Kau
membuatku khawatir.” Kata Dokter Lee sambil mengembalikan makanan yang dokter
Kang ambil. Dokter Kang mendapat sms dari Kapten Yoo yang mengatakan bahwa “aku
tiba dengan selamat. Aku merindukanmu.” Dokter Kang terlihat senang.
Setiap hari Dokter kang mengirimkan pesan pada Kapten Yoo
walau tak dibalas. Ia selalu cerita apa yang sedang ia lakukan.
“Aku akan ke rumah
sakit. Langit Korea sangat cerah. Di sana bagaimana? Apa di sana dingin atau
hangat? Di manapun kau sekarang, aku sangat, sangat, sangat merindukanmu.”
“Lagu kebangsaan
sedang diputarkan di TV sekarang. Kenapa aku merasa lagu kebangsaan ini menjadi
lagu percintaanku, ya? Cepatlah kembalil! Aku merindukanmu!”
“UGD sedang sibuk
sekali, aku sedang makan siang. Di Korea sudah musim dingin. Kau bilang, kau
akan kembali saat musim berganti. Kau di mana? Aku jadi sedih tak mendengar
kabar darimu.”
Dokter Kang makan siang di atap, ia melihat helikopter di
atas lalu mengatakan “Pasti keren jika kau kembali dengan helikopter.”
Kapten Yoo bersama timnya telah selesai melaksanakan tugas
mereka. Kapten Yoo menyuruh sersan Choi dan 2 rekan lainnya untuk lebih dulu
naik helikopter yang datang. Kapten Yoo da Sersan Seo akan naik helikopter
berikutnya. Kapten Yoo menghampiri Sersan Seo dan mengatakan bahwa 10 menit
mereka akan kembali. Tiba-tiba Kapten Yoo tertembak, Sersan Seo menyeretnya ke
tempat untuk berlindung. Ia mencoba menahan darah yang keluar dari tubuh Kapten
Yoo. Sersan Seo sangat khawatir padanya dan menyuruh Kapten Yoo agar bertahan.
Kapten Yoo mengingat saat seniornya dulu mati tertembak.
Kapten Yoo masih bertahan, sersan Seo menyuruhnya agar jangan sampai ia tertidur.
Lalu Sersan Seo juga ketembak, kapten Yoo pigsan.
Sersan Choi mencoba menghubungi Kapten Yoo tapi tidak ada
jawaban. Ia sangat mengkhawatirkan kaptennya dan juga sersan Seo. Kemudian ia
melihat bahwa ada bom meledak tempat dimana Kapten Yoo dan Sersan Seo berada. Sersan
Seo dan dua rekannya sangat mengkhawatirkan mereka, mereka berteriak memanggil
Kapten.
Dokter Kang mengirimkan pesan lagi ke Kapten Yoo, ia
terlihat kesal dengannya yang tidak ada kabar juga dari Kapten Yoo.
“Apa kau tak terlalu
kejam padaku? Kau ada di Hwaseong, 'kan? Suratku pasti sudah sampai, 'kan? Aku
akan keluar minum dengan pria tampan nanti.
Makanya, cepat kembali.”
Letnan Yoon datang. Mereka sedang di restoran bersama.
“Jika dia tak balas, berarti dia sedang sibuk melakukan
sesuatu sekarang. Kenapa kau kesal begini setiap hari, sih?” kata Letnan Yoon.
“Itu agar dia nantinya akan sangat menyesal karena telah
membuatku kesal. Tapi, apa mereka selalu diberikan misi di tempat terpencil
begini?” kata Dokter Kang.
“Apa itu tempat terpencil atau tidak, aku selalu saja
diabaikan. Karena kami lebih sering putusnya daripada kencannya.”
“Apa kali ini, kalian sungguhan sudah putus?”
“Kami belum baikan. Ini bukan lah pertengkaran biasa, tapi
PERANG! Dan aku tak bisa kalah dalam perang ini. Karena dia meninggalkan name
tag-nya, sepertinya aku di atas angin sekarang. Ayo bersulang.”
“Jika dia kembali nanti. Cuti atau pun harus berhenti kerja,
aku akan menempel padanya semingguan penuh.” Kata dokter Kang.
“Aku akan menyita ponselnya dan pergi berlibur. Aku akan
mem-booking kamar hotel. Dan aku akan "beraksi" di sana.” Kata Letnan
Yoon.
Dokter Kang lalu mendapatkan sms. Ia berkata “Daebak!
(Keren!)”
“Apa dia membalasnya?”
“Kopral Kim mendapatkan hadiah atas memenangkan pertandingan
sepak bola. Aku masuk di "Gomooshin" fan cafe.[Komunitas wanita untuk
pacarnya selesai WaMil]”
“Yang benar saja. Cepat tuangkan aku minum, Mo Yeon
Gomooshin-nim.”
“Kau sungguh kuat minum alkohol, ya?”
Dokter Kang melihat ke luar, di luar sedang hujan ia
teringat akan Kapten Yoo.
“Pria-pria itu... akan menyenangkan jika mereka sudah
kembali sekarang.” Kata Dokter Kang.
“Mereka pasti akan kembali.” Kata Letnan Yoon.
“Iyakan? Mereka pasti akan kembali, 'kan?” Dokter Kang
memegang kalung pemberian Kapten Yoo.
Sersan Choi dan 2 rekannya kembali ke korea, mereka disambut
oleh Komandan Yoon dan tentara lainnya. Selain itu mereka juga disambut dengan
hujan. Sersan Choi memberikan laporan “Operasi gabungan telah selesai. Dan
mayatnya... belum ditemukan.” Semua terdiam.
Ayah Kapten Yoo menemui Komandan Yoon, saat masuk ke ruangan
ia melihat surat dan nametag Kapten Yoo. Tanpa berkata ayah Kapten Yoo mengerti
apa yang terjadi. Komandan Yoon memberikan surat itu pada ayah Kapten Yoo. Ayah
Kapten Yoo pun menangis, Komandan Yoon memberikan hormat padanya.
Letnan Yoon sedang memilih-milih hotel. Sersan Kim Beom Rae
datang dan akan melaporkan pada letnan Yoon dengan ekspresi sedih. Letnan Yoon
mengira bahwa Sersan Seo sudah kembali lalu ia segera bersiap-siap. Tapi sersan
Kim mengatkan bahwa ia akan melakukan laporan.
Sersan Choi juga menemui dokter Kang, Dokter Kang berpikir
bahwa yang datang adalah Kapten Yoo. Ia bertanya pada Sersan Choi ada urusan
apa ia mencarinya. Sersan Choi mengatkan “aku sungguh...minta maaf”.
Sersan Kim dan Sersan Choi memberitahukan bahwa Kapten
Pasukan Khusus, Yoo Si Jin, dan Sersan Seo Dae Young, saat melakukan misi
penyelamatan, telah meninggal.
Dokter Kang dan Letnan Yoon terkejut, mata mereka
berkaca-kaca dan akan menangis mendengar kabar tersebut. Mereka masih tak
percaya. Sersan Choi memberikan surat wasiat Kapten Yoo pada dokter Kang.
Dokter Kang sedang membaca surat wasiat dari Kapten Yoo.
“Sebelum kami
melakukan misi, kami akan menulis surat wasiat. Tapi, aku selalu berharap kau
tak akan bisa membacanya. Tapi, jika kau akhirnya membaca surat ini, aku telah
melanggar janjiku. Janji bahwa aku tak akan membuatmu khawatir. Janji untuk tak
menyakitimu, Janji untuk tidak mati, janji bahwa aku pasti akan kembali. Aku telah melanggar semuanya.”
Dokter Kang lalu pergi ke suatu tempat. Ia mengendarai mobil
dengan menangis.
“Maafkan aku. Di
tempat yang sekarang kau pijaki akan selalu cerah. Aku bertemu denganmu. Dan aku
mencintaimu di tempat itu. Dan di tempat ini juga, hubungan kita berakhir. Aku sungguh menyesal akan hal itu.”
Letnan Yoon menemui ayahnya, ia masih belum menerima
mengenai kabar buruk itu.
“Ini bohong, 'kan? Ayah berbohong, 'kan? Ini bohong.”
“Maaf.”
“Ayah, aku mohon. Aku mohon... Tolong, katakan bahwa semua ini
tidaklah benar.” Letnan Yoon mengatakannya dengan menangis.
“Seo Dae Young... ingin memberikan ini padamu.” Ayah Myung
Ju memberikan surat wasiat sersan Seo pada Letnan Yoon.
“Tidak. Aku tak mau. Aku tak mau menerimanya. Jika aku
membacanya... Jika aku menerimanya... itu artinya dia sungguh sudah mati. Ini
semua karena ayah. Kau merenggut semua waktu yang bisa kami habiskan bersama. Kami
masih belum baikan. Yang bisa kukatakan hanyalah kata-kata kasar.”
“Ini adalah ucapan terakhir dari seorang prajurit. Jagalah
ini dengan baik-baik.”
“Aku tak mau. Sudah kubilang, aku tak mau.” Letnan Yoon
mengambil surat itu dengan kasar.
Dokter Kang berlari menuju kantor Letnan Yoon, saat akan
masuk ke gedung ia mendengar suara tangisan. Dokter Kang melihat Letnan Yoon
yang sedang menangis di luar ia lalu menghampirinya.
“Kenapa kau menangis di sini? Kenapa kau menangis? Apa lagi
yang bisa kulakukan jika kau menangis begini? Aku tak bisa mengatakan apa-apa
padamu. Aku terus berdoa saat dalam perjalanan ke sini. Aku harus bagaimana
jika kau saja menangis seperti ini? Bukannya kau bilang, ayahmu punya posisi
yang tinggi? Apa kau sudah mengkonfirmasi semuanya? Mereka bisa saja salah! Mereka
mungkin akan kembali! Apa kau menangis setelah memeriksa semuanya? Berhenti
menangis dan jawab aku, Yoon Myeong Ju.” Lalu dokter Kang melihat Letnan Yoon
juga memegang surat wasiat. Letnan Yoon tidak menjawabnya sama sekali ia terus
saja menangis.
“Jadi, ini sungguhan? Dia sungguh tak akan kembali? Aku,
benar-benar... tak akan bertemu dia lagi? Benarkah? Dia tak akan kembali?”
Letnan Yoon menganggukkan kepalanya. Dokter Kang lalu
menangis.
Dokter Kang sedang di rumahnya, ia sedang berbaring dan terdiam.
“Aku memang kejam,
tapi, aku harap kau tak akan menangis terlalu lama. Aku ingin kau selalu ceria.
Kau harus jalani hidupmu dengan baik. Dan juga... lupakan lah aku. Aku mohon
padamu.” Lanjutan surat Kapten Yoo.
Letnan kolonel datang menemui dokter Kang.
“Minggu depan, kami akan mengeluarkan pengumuman resmi.
Kematian Kapten Yoo Si Jin dan Sersan Seo Dae Young akan diumumkan sebagai
kecelakaan mobil. Untuk masalah keselamatan, kau harus menandatangani sumpah
kerahasiaan ini. Mohon kerja samammu.” Kata letnan kolonel.
“Apakah akibat kematiannya itu adalah untuk menyelamatkan hidup
seseorang?” tanya Dokter Kang.
“Ya.”
“Kematiannya... untuk melindungi sebuah tempat tertentu?”
“Ya.”
“Apa kematiannya... adalah untuk kepentingan negara?”
“Ya. Dia melakukannya untuk negara.”
“Bahkan dengan alasan itu, kematiannya... memintaku untuk
menandatangani dokumen ini...”
“Maaf.”
“Kenapa harus seperti ini, kenapa... dia memilih akhir yang
seperti ini? Bahkan kau harus merahasiakan kematianmu. Aku harap, apa yang akan
aku lakukan ini adalah apa yang kau inginkan. Kapten Yoo Si Jin.” Dokter Kang
menandatangani surat itu dengan menangis.
Dokter Kang sudah mulai sibuk bekerja di rumah sakit.
Setelah menjalani operasi ia akan makan di kantin. Dokter Kim menemuinya dan
seperti biasa ia mengganggunya.
“Kudengar, kau mendapatkan title-mu kembali, ya? Hebat juga,
ya. Sebagai teman, aku mengucapkan selamat atas promosimu yang cepat ini. Kudengar
kau menentang perubahan pemasok untuk Cosmo Farmasi?” kata Dokter Kim.
“Obat yang sekarang kan sudah murah dan juga bagus. Untuk
apa diganti?” kata Dokter Kang.
“Kenapa kau tak setuju saja, sih? Manager Park adalah sepupu
Dr. Park, dia juga besan dari keluargaku.”
“Dia adalah suami bibimu.”
“Nah, jika kita menggantinya, semua akan diuntungkan. Kau
sedang menulis laporan untuk klinik sekarang, 'kan? Kenapa kau mau menyusahkan pekerjaan
orang lain, sih?”
“Siapa yang disusahkan?”
“Aku. Apa kau yang membayarnya? Jika kau mau jadi Schweitzer,
jadi relawan saja sana. Banyak yang sekarat di Africa dan mereka kekurangan
tenaga medis. Cepat ke sana dan selamatkan dunia.”
“Kudengar, kemampuanmu masih belum bagus dan di unitmu
banyak yang salah diagnosis. Kau harus cepat menyewa pengacara jika kau ingin menyelamatkan
lisensi doktermu itu.” Kata Dokter Kang, dokter Kim lalu marah. Dokter Kang
menyuruh dokter Kim pergi karena ia ingin makan dengan tenang.
Dokter Kang sedang minumbersama Dokter Pyo. Mereka mengobrol
bersama, Dokter Pyo menyuruh agar Dokter Kang jangan di ruang operasi terus
lalu dokter Kang mengatakan “Aku adalah wanita seksi saat aku berada dalam
ruang operasi.” Dokter lalu jadi teringat oleh Kapten Yoo. Ia juga mengingat
air, wine, lilin, foto x-ray, karet gelang. Matanya berkaca-kaca karena
mengingatnya. Ia pun menangis. Dokter Pyo bertanya apa dokter Kang ingin ia
peluk, dokter Kang menolaknya. Dokter Pyo bertanya kemabali apa ia ingin minum,
dokter Kang menghapus air matanya ia akan minum kembali. Mereka berdua lalu
tertawa.
Letnan Yoon memberikan laporan pada Komandan Yoon.
“Aku akan melapor. Letnan Yoon Myeong Ju pada November 31,
2015 telah menerima perintah untuk pergi ke markas Taebaek di Urk. Laporan
selesai. Hormat.”
“Kembalilah dengan selamat. Kali ini, jangan sampai sakit.”
“Maaf karena membuatmu khawatir. Ayah juga harus tetap
sehat.”
“Iya.”
“Terima kasih telah memberikanku perintah misi yang baik.”
“Dan apa yang membuatku khawatir adalah... perintah itu.
Karena aku telah membuat putriku menderita dan hal itu adalah kegagalan total
dalam bertugas. Aku tahu, kau hanya mengkhawatirkan bocah itu. Tapi, kau lah
yang aku khawatirkan. Seorang putri yang mengkhawatirkan pria lain ituaku
berharap mengkhawatirkan ayahnya juga. Jika kau... bisa memaafkanku. Maka
maafkan lah aku.”
Letnan Yoon mengajak Dokter Kang ke bar bersama. Dokter Kang
datang.
“Kenapa kita pergi ke bar di siang hari begini?” kata Dokter
Kang.
“Aku hanya menyesuaikan waktu, di Urk sudah malam sekarang. Aku
akan ke sana lagi.” Kata Letnan Yoon.
“Ah... Kau beruntung bisa kembali ke Urk.”
“Apa kau iri? Kau mau ikut denganku?”
“Iya, ya? Pria-pria itu bisa ke sana bersamaan, kita juga
bisa.”
“Kau memang sudah gila. Ini adalah hadiah perpisahan. Aku
mengambilnya dari barak. Boneka ini adalah pacar Sersan Seo. Dan boneka itu adalah
pacar kapten Yoo.” Letnan Yoon memberikan boneka Kapten Yoo pada dokter Kang.
“Boneka ini pendek. Letnan Yoon, kau menang kali ini. Kapan
kau berangkat?”
“Senin subuh. Aku masih punya waktu 3 hari, kau mau pesta 3
hari 3 malam? Kau setuju?”
“Tentu saja.” Mereka lalu minum bersama.
“Anehnya, belakangan ini, aku selalu teringat dengan
kenangan manisku.” Kata Dokter Kang.
“Yang aku ingat hanyalah hal-hal yang tak sempat aku lakukan
dengannya.” Kata Letnan Yoon.
“Tapi, aku ingin tahu, kapan mereka berdua bertemu? Aku
selalu mau bertanya, kenapa mereka bisa jadi sahabat begini? Sekarang, aku tak
bisa bertanya lagi pada mereka.”
“Aku bisa menjawabnya. Mereka pertama kali bertemu karena
seorang wanita.”
“Seorang wanita.”
Flashback
Sersan Seo akan pergi, di luar sedang hujan. Ia mengingat
pada letnan Yoon yang menyuruhnya memberitahu Kapten Yoo bahwa ia pacarnya. Sersan
berjalan dengan menggunakan payungnya lalu seseorang datang untuk ikut payungan
dengannya. Seseorang itu adalah Kapten Yoo yang merangkul sersan Seo.
“Aku adalah Kapten di sini, kita bisa berbagi payung, 'kan?”
kata Kapten Yoo.
“Kami sudah pacaran.” Kata Sersan Seo lalu Kapten Yoo
melepas tangannya.
“Maksudmu dengan "kami"?”
“Aku pacaran dengan Letnan Yoon Myeong Ju.”
Kapten Yoo ke bar bersama Sersan Seo.
“Aku pacaran dengan Letnan Yoon Myeong Ju.” Kata Sersan Seo,
ia terlihat masih kaku dengan Kapten Yoo.
“Sejak kapan kalian pacaran?” tanya Kapten Yoo.
“Kami telah pacaran selama satu tahun sekarang.”
“Kapan kau bertemu dengan Myeong Ju?”
“Aku bertemu dengannya sebulan yang lalu.”
“Kau bilang tadi, kalian sudah pacaran selama 1 tahun?”
“Aku adalah pacar Letnan Myeong Ju, dan kau harus tahu itu.”
“Apa kau tahu, ayahnya itu punya 3 bintang di pundaknya?”
kata Kapten Yoo dan sepertinya sersan Seo baru mengetahuinya.
“Menurutku, seseorang bisa membuat 3 kesalahan dalam
hidupnya. Ayahku juga adalah mantan narapadina, dan dia tak akan menghalangi
cinta kami. Kuberitahu sekali lagi, aku adalah pacar Letnan Yoon Myeong Ju.”
Kata Sersan Seo. Kapten Yoo tersenyum.
“Aku harap kalian sungguh jadian.”
“Akan kupastikan hal itu juga. Kami sudah pacaran selama 1
tahun.”
“Ya, ya~ aku tahu. Aku iri padamu.”
“Kau sudah menyerah?”
“Mungkin aku juga akan menemui seseorang seperti hubungan
kalian ini. Dan kita tak akan memperebutkan Myeong Ju. Kita harus saling membela
jika terjadi sesuatu.”
Flashback end.
Dokter Kang sedang berjalan membawa boneka Kapten Yoo ia
melewati cafe yang ia biasanya bersama Kapten Yoo.
Flashback
Kapten Yoo sedang di cafe bersama dokter Kang.
“Oh ya, kita tak pernah mengatakan, "Aku
mencintaimu".” Kata Kapten Yoo ia lalu meminum minumannya.
“Kita mengucapkannya dengan tubuh, bukan dengan kata-kata.”
Jawab dokter Kang, kapten Yoo yang mendengar jawabannya dan sedang minum
langsung terbatuk.
“Kita pegangan tangan, ciuman tanpa mengatakan "Aku
mecintaimu". Daebak! Kita keren, 'kan?” kata Dokter Kang.
“Kenapa wanita bisa mengatakan hal-hal seperti itu?” kata
Kapten Yoo.
“Aku memang permberani, kok.”
“Baiklah, kalau begitu ayo ucapkan kata-kata itu. Kita mulai
secara alfabet, kau duluan. Namamu kan "(K)ang Mo Yeon".
“Orang yang ingin mendengarnya lah yang harus duluan
mengucapkannya.”
“Tidak, Lady's fisrt!Kalau begitu, sesuai usia?”
“Kenapa kau memaksaku, sih? Kau juga tak pernah
mengucapkannya.”
“Aku Mencintaimu.” Kata Kapten Yoo.
“Oh! Kau membuatku kaget saja.”
“Aku mencintaimu~”
“Aku juga mencintaimu. Aku akan selalu setia denganmu.” Kata
Dokter Kang.
“Oke! Apa kau berjanji dengan sepenuh hatimu?”
“Iya, Pak.” Mereka mencelupkan coklat bentuk hati ke minuman
mereka.
“Dicelupkan seperti ini, ya?” kata Kapten Yoo.
“Tapi, rasanya agak erotis, ya.” Kata Dokter Kang.
“Kenapa wanita mengatakan itu? Masih belum larut, 'kan?”
Flashback end.
Dokter Kang menyalakan lilin. Ia berbicara dengan boneka
Kapten Yoo.
“Apa aku sudah cantik? Apa aku sudah cantik dengan view yang
seperti ini?” tanya dokter Kang pada boneka Kapten Yoo. Ia lalu menundukkan
kepalanya.
Tiba-tiba ada Kapten Yoo duduk di sofa ia mengambil boneka
itu dan memangkunya.
“Kau selalu terlihat cantik.” Kata Kapten Yoo.
“Aku sangat merindukanmu.” Kata Dokter Kang.
“Aku juga...”
“Tapi, kenapa kau tak kembali?”
“Karena aku bekerja untuk perdamaian.”
“Bagaimana dengan janjimu? Apa semuanya hanyalah bohong?”
“Aku pasti akan kembali dengan sepnuh hatiku. Aku akan
kembali padamu.”
“Tapi, nyatanya kau tak kembali. Kau tak kembali.” Dokter
Kang menangis dan tidak ada Kapten Yoo disana yang ada hanyalah bonekanya.
Letnan Yoon sudah sampai di Urk. Ia mengemasi
barang-barangnya ia juga menaruh surat wasiat Sersan Seo di lemarinya. Ia
berkata “Aku tak akan membacanya. Aku tak akan membaca meski aku akan mati.
Kali ini, kau lah yang harus menderita.”
Dokter Kang sedang berada di bandara ia sedang menelepon
seseorang dan memberitahu bahwa ia akan transit di Albania dan pergi ke Abu
Dhabi. Kemudian ada yang meneleponnya lagi. Telepon itu ternyata dari Daniel.
Dokter Kang bertemu dengan Daniel.
“Apa yang kau lakukan di sini? Kapan? Dan untuk apa benda
ini?” tanya Dokter Kang.
“Aku ke sini untuk memprotes FIA, tapi aku malah dilarang. Mereka
bilang, selama aku tak melewati garis merah itu, aku tak akan dipenjara.” Kata
Daniel.
“Kau memang keren sekali.”
“Aku adalah kriminal Internasioanl sekarang. Aku telah
diboikot 12 negera.”
“Em, tapi pria yang jahat begini lah yang disukai oleh
wanita.”
“Dr. Kang, apa kau mau berlibur?”
“Aku akan menjadi relawan.”
“Ah, maksud camp. Albania? Dr. Chi Hun sudah memberitahuku.
Sepertinya menjadi relawan sangatlah menyenangkan.”
“Tidak juga, sih. Karena aku memiliki alasan pribadi
tersendiri. Aku ke sana karena ini adalah hadiah untuk peringatan kematiannya.”
Dokter Kang sudah sampai di Albania, ia ke sana untuk
menjadi relawan. Ia sedang memeriksa anak-anak di sana.
Daniel sedang di wawancarai oleh para wartawan di korea.
Dokter Kang selesai bertugas ia sedang beristirahat ia masih
menuliskan pesan untuk Kapten Yoo.
“Aku bertemu Daniel di
bandara. Rasanya sangat menyenangkan. Oh ya, aku baru ingat, golongan darahku
adalah O. Mungkin, aku sungguh adalah tipemu. Mereka bilang, ada gurun pasir di
sini. Apa menurutmu, di sini akan ada
oasis?”
“Hidup ini lebih
penting daripada setumpuk uang. Dia mengajarkan kita bahwa hidup tak bisa
dibeli. Aku ingin menjadi dokter yang
seperti itu. Apa aku sudah menjadimanusia terpuji dari atas sana?”
Letnan sedang memeriksa seorang tentara. Kim Gi Beom datang
dan ia menawari letnan Yoon ramen ia sudah memasakkannya. Mereka berdua makan
bersama.
“Kenapa kau datang jauh-jauh ke sini?” tanya letnan Yoon.
“Sersan Kim Ki Bum. Aku memang dilahirkan sebagai tentara.”
“Kau selalu makan ramen dengan Sersan Seo, 'kan?”
“Ya, kami sering makan bersama.”
“Ayo makan, ramennya enak.”
Ki Bum lalu melihat di luar sedang turun salju ia lalu
memberitahukannya pada letnan Yoon. Letnan Yoon menengok ke belakang dan benar
di Urk tak biasanya turun salju.
Dokter Kang pergi ke gurun pasir, ia pergi ke sana untuk
memperingati kematian Kapten Yoo. Ia berhenti sejenak dan mengikat rambutnya.
Ia teringat saat Kapten Yoo mengikatkan rambutnya.
Dokter Kang menuju ke suatu tumpukan batu ia menarugh bunga
di atas tumpukan batu tersebut. Ia teringat pada Kapten Yoo yang selalu
berjanji ia tak akan mati. Dokter Kang menangis.
Walkie talkienya berbunyi, ia mendapat panggilan dari
rekannya yang memintanya jika ia kembali untuk membawakan lidocaine. Dokter
Kang menjawabnya bahwa ia akan segera kembali. Ia lalu menaruh batu putih itu
di atas batu tapi batu itu jatuh. Ia menaruhnya kembali dan batu itu jatuh
kembali. Ia menaruhnya kembali kemudian walkie talkienya berbunyi dan itu dari
big boss. Dokter Kang menjatuhkan walkie talkienya. Ia mengambil ponselnya dan
melihat pesan yang ia kirim ke Kapten Yoo.
“Aku selalu saja mendengar hal-hal yang aneh belakangan
ini.” Dokter Kang melihat ke ponselnya kembali dan melihat pesannya telah
dibaca.
Walkie talkienya berbunyi kembali bahwa big boss memanggil.
Dokter Kang melihat ke arah sekelilingnya. “Beauty, tolong berbalik. Over.”
Dokter Kang melihat ke belakang dan ia melihat Kapten Yoo yang muncul dari jauh
dan ia berjalan ke arahnya.
Dokter Kang terus saja mengatakan tidak mungkin. Ia berlari
ke arah Kapten Yoo lalu ia terjatuh. Kapten Yoo berlari menghampirinya dan
membantunya berdiri.
“Sudah lama tak berjumpa, ya?” kata Kapten Yoo.
“Kau... Kau masih hidup?” kata Dokter Kang.
“Aku sempat kesulitan menjaga janjiku untuk tetap selamat.”
Mata mereka berkaca-kaca. Kapten Yoo lalu memeluk dokter Kang.
“Kau masih hidup. Kau masih hidup.”
“Maafkan aku. Maafkan aku...”
Bersambung . . .
No comments:
Post a Comment