Monday 11 April 2016

Sinopsis Descendants of the Sun episode 14




Dokter Kang membawa Kapten Yoo ke dalam rumah sakit. Ia membawanya sambil menangis ia sangat mengkhawatirkannya.
“Yoo Si Jin... Lihat aku. Aku mohon, lihat aku! Apa kau bisa mendengar suaraku? Kenapa kau menemuiku dengan keadaan yang seperti ini? Aku mohon buka matamu!” kata Dokter Kang.




Flashback
Kapten Yoo dan Sersan Seo menodongkan pistolnya pada prajurit Ahn. Kapten Yoo bertanya kenapa ia berada di korsel. Prajurit Ahn mengatakan bahwa ia tidak percaya pada timnya jadi ia ke sana menemui temannya Yoo Si Jin ia meminta tolong untuk membawanya ke KorUt. Tiba-tiba ia tertembak dari belakang. Sekelompok orang mengendarai mobil dan membawa senjata. Kapten Yoo dan Sersan Seo lalu menembak ke arah mobil itu juga mereka lalu berlindung. Kapten Yoo meminta bantuan pada timnya. Target sekelompok itu adalah prajurit Ahn.  Mereka membawa prajurit Ahn. Kapten Yoo mencoba menyerang dan mengejar mobil itu.
Flashback end

Kapten Yoo mengalami kritis, tekanan darahnya terus menurun. Dokter Kang mencoba mengembalikan tekanannya agar normal tapi tidak berhasil lalu ia mencoba memompa dada Kapten Yoo.
Flashback
Kapten Yoo berhasil mengejarnya dan ia berdiri di depan mobil itu lalu ia menembakkan tabung gas yang ada di depannya. Tapi Kapten Yoo tertembak oleh sekelompok orang itu. Mobilnya berhasil berhenti karena terhalang oleh gas sehingga menabrak sebuah mobil.
Sersan Choi dan lainnya berlari ke arah Kapten Yoo yang sudah tertembak lalu Sersan Seo juga menghampiri Kapten Yoo dengan berlari.
Flashback end
Dokter Kang mencoba terus mengembalikan kondisi Kapten Yoo ia sangat khawatir padanya.
“Aku mohon jangan... Kenapa kau jahat sekali padaku? Aku mohon padamu! Sudah kubilang bangun, br*****k!” kata Dokter Kang ia menyerah dan menangis. Lalu Kapten Yoo ahirnya sadar, tekanannya kembali normal ia berkata “Sakit sekali...”



Dokter Kang bertanya “Yoo Shi Jin, kau sudah sadar? Apa kau tahu, kau sedang ada di mana? Kau bisa mendengarku? Kau bisa melihatku?” Tapi Kapten Yoo malah bertanya keberadaan Prajurit Ahn dan menanyakan keadaannya. Dokter Kang kesal karena Kapten Yoo yang juga sedang sekarat malah mengkhawatirkan orang lain dan tidak mempedulikan perasaan dokter Kang yang sangat khawatir padanya.
“Kau terlihat... seperti sesuatu yang super cantik.” Kata Kapten Yoo. Ia lalu bangun dan masih menanyakan prajurit Ahn.
“Pasien luka tembak yang datang bersamaan denganku...”
“Kenapa kau bangun? Memangnya siapa yang sedang kau bicarakan itu? Apa dia lawanmu? Apa dia yang menembakmu?”
“Tidak, teman... Dia adalah sahabat. Dimana dia?”
Suster Min Ji lalu datang dan memberitahu bahwa pasien yang datang bersamaan dengan Kapten Yoo membuat masalah besar.



Prajurit Ahn menyandera suster Ja Ae dengan menodongkan pisau. Suster Ja Ae memberitahukan bahwa jika ia tidak segera diobati maka ia akan mati karena pendarahan. Kapten Yoo datang dan menyuruh timnya untuk menurunkan senjatanya ia mencoba membujuk prajurit Ahn untuk diobati oleh dokter. Prajurit Ahn tidak percaya dengan dokter korsel. Prajurit Ahn tetap tidak mau tapi ia ahirnya pingsan. Suster Ja Ae dan dokter Kang memeriksanya. Dokter Kang lalu menyuruh agar ia dibawa di ruang operasi no.4 karena dokter Song ada disana.
Dokter Kang akan pergi lalu ditahan oleh Kapten Yoo yang meminta dokter Kang untuk mengoperasi prajurit Ahn. Lalu dokter Kang memberikan intruksi pada timnya bahwa “Semuanya, dengarkan aku. Sebelum kondisinya membaik, ikat dia di tempat tidurnya. Jika dia mematahkan sesuatu, pasangkan gips pada tangannya. Jika dia tak bisa menurut, pukul dia.” Dokter Kang masih kesal dengan Kapten Yoo yang mengkhawatirkan orang lain.

Dokter Kang dan Dokter Song sedang mengoperasi prajurit Ahn untuk mengeluarkan peluru-peluru yang ada dalam tubuhnya. Dokter Kang lalu melihat ada luka ditangannya tapi itu bukan luka tembak melainkan seperti ada sesuatu di dalamnya.



Sersan Seo sedang melaporkan kejadian itu pada Letnan kolonel ia memberitahukan identitas prajurit Ahn yang merupakan pasukan khusus KorUt. Sersan Seo juga berhasil menangkap sekelompok yang bersenjata yang menyerang prajurit Ahn. Mereka terlihat orang asing bukan KorSel maupun KorUt tapi dari luar. Seseorang melaporkan pada letnan kolonel bahwa mereka merupakan pasukan militer untuk kedutaan Matagonian. Mereka mengatakan mengejar prajurit Ahn karena ia telah memalsukan passport di Matagonian.
Sersan Seo tak percaya dengan alasan itu karena tidak masuk akal mereka sampai membuat kekacauan karena mengejar orang yang memalsukan passport. Tapi berdasarkan hukum mereka juga tidak bisa dihukum. Sersan Choi datang dan melaporkan bahwa rumah sakit menelepon dan memberitahu bahwa operasinya sudah selesai.



Dokter Kang menemui Kapten Yoo, Kapten Yoo menanykan mengenai operasinya.
“Dia sudah selamat. Dan sekarang dia sudah dipindahkan ke kamar inap. Dia masih belum sadar. Selain pasien itu, ada juga pasien lain yang selamat dari sekarat. Sepertinya pasien itu hanya menganggapku dokter sekarang. Dokter itu, 1 jam lalu, merasa seperti dalam neraka melihat pacarnya.” Kata Dokter Kang.
“Maaf.”
“Hanya itu. Penjelasannya? Kau tak ingin menjelaskannya? Apa kau tak ingin bertanya bagaimana dengan perasaannku? Bahkan kau dengan teganya malah bertanya tentang keadaan orang lain. Cepat sembuh. Jika tidak, aku akan membunuhmu.”
Dokter Kang akan memberikan sesuatu pada Kapten Yoo tapi tidak jadi karena pasien prajurit Ahn dimasukkan ke ruangan yang sama oleh Dokter Lee. Sersan Choi dan Sersan Seo datang, sersan Seo memberitahukan pada Dokter Kang bahwa mulai sekarang ia lah yang bertugas menjaga kamar pasien itu dan mereka juga akan melakukan pembatasan area.

Dokter Kang diluar ruangan, Sersan Seo menemuinya. Dokter Kang memberikan sebuah kartu SD yang akan diberikan ke Kapten Yoo. Kartu itu ia keluarkan dari tubuh pasien prajurit Ahn.



Dokter Kim, Dokter Lee Chi Hun dan seorang suster sedang membicarakan mengenai pasien dari KorUt itu. Dokter Kim bertanya pada dokter Lee apa ia tidak takut bahwa pasien memiliki luka tembak. Dokter Lee mengatakan bahwa ia bahkan mengalami hal yang lebih mengerikan saat di Urk. Ia mempraktekan bagaimana mereka para tentara di sana hanya bilang “hormat”, “lapor”. Dokter Kim tak percaya ia mengatakan bahwa Dokter Lee berbohong. Suster Ja Ae datang dan mengatakan “aku bahkan memukul mereka, loh. Kau tak lihat berita? Jadi, sebaiknya jaga omonganmu”
Dokter Song datang ia berlari memanggil suster Ja Ae ia sangat khawatir pada Ja Ae yang tadi menjadi sandera. Ia bahkan mencari orang yang tadi menyandera suster Ja Ae dan bilang akan membunuhnya. Suster Ja Ae berkata “Dia adalah pasien yang telah diselamatkan oleh Dr. Song.” Dokter Song lalu menampar pipinya sendiri.
Dokter Kim sudah di dekat Dokter Kang bertanya pada dokter Kang.
“Kudengar, pacarmu datang bersamaan dengan orang Utara itu? Koridor tadi dipenuhi dengan pria berjas hitam. Bagaimana kau bisa pacaran dengannya? Dia itu siapa, sih?” tanya Dokter Kim.
“Kau bertanya padaku? Aku saja tak tahu siapa sebenarnya dia itu.” Kata Dokter Kang.
Lalu dokter Kang pergi karena Ketua memanggilnya.



Suster Ja Ae akan memberikan barang milik pasien KorUt pada dokter Kang tapi dokter Kang sudah pergi jauh. Dokter Lee, Dokter Song dan lainnya melihat-lihat barang itu. Dokter Lee mencoba menggunakan bolpoinnya tapi tidak ada tintanya. Dokter Song mengambilnya dan berkata bahwa jika tintanya habis maka harus dijilat pada bagian ujungnya. Dokter Song akan menjilat bolpin itu lalu Sersan Seo datang dan langsung mengambilnya. Ia mengambil barang-barang prajurit Ahn kemudian ia membisikkan sesuatu pada Dokter Song dan pergi.
Dokter Song mengatakan bahwa ia hampir saja mati karena racun yang ada di ujung tinta bolpoin itu lalu ia pingsan.



Ketua Han menyuruh para penjaga dengan jas hitam itu untuk minggir tapi mereka tidak mau karena mereka diperintah untuk menjaga ruangan Kapten Yoo dan Prajurit Ahn. Ketua Han kesal dengan mereka kenapa harus rumah sakitnya. Ketua Han menyuruh Dokter Kang untuk bertanggung jawab baik sebagai dokternya maupun wali pasien.



Kapten Yoo mencoba berbicara dengan Prajurit Ahn, mereka di video oleh Letnan kolonel. Tapi, prajurit tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Kapten Yoo. Kapten Yoo menanyakan apa prajurit Ahn sedang melakukan misi dan kenapa ia pergi ke korsel .
Letnan kolonel sedikit kesal karena ia tidak akan pernah berbicara. Ia lalu bertanya pada Kapten Yoo apa ia tidak pernah membuka mulutnya sama sekali? Kapten Yoo mengatakan bahwa ia hanya berkata bahwa ia meminta untuk dikirim ke Utara.
“Yang benar saja. Aku tak tahu apa alasanmu. Tapi, karena rute resmi Cina atau Rusia telah diblokir, Dia memilih rute paling bahaya langsung ke rute Selatan. Suaka Diplomatik adalah satu-satunya cara yang dia pilih. Kami akan menyambut dengan baik jika kau jujur pada kami. Buatlah pilihan bijak. Kami akan memberikanmu waktu.” Kata Letnan kolonel lalu ia menyuruh Kapten Yoo untuk memberikan pengobatan yang baik dan ia pergi.



Sersan Seo menyerahkan barang-barang milik prajurit Ahn pada letnan kolonel. Ia juga menyerahkan kartu Sdnya padanya. Mereka semua sedang di ruangan untuk mendengarkan percakapan Kapten Yoo dan Prajurit Ahn yang ruangan mereka telah disadap. Sersan Seo sedang mendengarkannya, Letnan kolonel bertanya padanya apa prajurit Ahn sudah mau bicara. Sersan mengatkan bahwa prajurit Ahn tetap diam dan Kapten Yoo masih mencoba memancingnya.
Letnan kolonel bertanya apa yang ia katakan lalu Sersan Seo memberitahu bahwa mereka sedang berbagi resep. Letnan kolonel langsung marah karena ia disuruh melapor tapi kapten Yoo dan prajurit Ahn malah asik berbagi resep. Letnan kolonel mendapat telepon, dibelakangnya Sersan Seo menahan tawanya. Yang meneleponnya ialah pejabat urusan LN ia menanyakan informasi apa yang sudah mereka dapatkan tapi mereka belum mendapatkannya. Ia kesal karena besok dari KorUt akan datang untuk menjemput prajurit Ahn. Pengawalnya lalu datang dan memberitahukan bahwa perwakilan dari KorUt sudah memasuki Seoul. Pejabat itu lalu menyuruh letnan kolonel agar cepat bergerak dan mendapatkan informasi.



Seorang petugas sudah mendapatkan beberapa informasi ia memberitahukannya pada Letnan kolonel dan Sersan Seo. Informasi tersebut merupakan informasi bahwa Kapten Ahn masuk dalam daftar pencarian interpol sebagai tersangka pembunuhan. Kasus yakuza seseorang ditembak mati oleh penembak jitu dan Kapten Ahn lalu membunuh penembak jitu tersebut. Letnan kolonel bertanya siapa penembak jitu itu.

Sersan Seo sedang melaporkan informasi yang ia peroleh kepada Kapten Yoo. Dan penembak jitu yang dibunuh oleh Prajurit Ahn merupakan rekannya sendiri ia pernah menjadi bawahan prajurit Ahn yaitu Sersan Rhee Seok Jin. Kapten Yoo bertanya mengenai chip(kartu SD dari tubuh Prajurit Ahn yang dokter Kang berikan) tapi Sersan Seo belum mengetahuinya karena chip itu dilindungi oleh kode yang sulit ia juga memberitahukan bahwa prajurit Ahn akan diserahkan ke Utara besok.
Kapten Yoo harus segera mengetahui informasi dari prajurit Ahn ia akan meminta bantuan ke Dokter Kang. Ia juga memerlukan chip itu. Sersan Seo ternyata telah mengcopy chip itu dan ia memberikannya pada Kapten Yoo.



Dokter Kang sedang memeriksa prajurit Ahn. Kemudian berbicara pada Kapten Yoo.
“Sebenarnya aku tak mau membahasnya, tapi, kau ingat tentara saat kita di Urk dulu?” tanya dokter Kang pada Kapten Yoo.
“Siapa maksudmu?”
“Kau pasti tahu, pria yang memarahiku karena mengoperasi VIP. Pria jelek yang telah menghukummu. Dia mendapatangi timku dan memeriksa semua obat-obat kami. Memangnya dia siapa? Beraninya dia memperlakukan kami-“ kata Dokter Kang yang dimaksudnya adlah Letnan kolonel park Byung So. Park Byung So dan Sersan Seo yang ada di dalam ruangan untuk mendengarkan mereka mendengarnya.
Belum selesai bicara lalu Kapten Yoo berdiri dan menutup mulut dokter Kang ia lalu memberitahunya bahwa ruangannya di sadap dengan menuliskannya di tangannya.
Di ruangan Sersan Seo melirik ke letnan kolonel dan menahan tawanya. Kapten Yoo memberi tanda agar Dokter Kang tetap berbicara tapi tidak mengatainya.
“Yang aku maksud tadi itu adalah, Apa kau melihatnya? Aku sangat bahagia bisa bertemu dengannya. Aku hampir memeluknya tadi.” Kata Dokter Kang. Kapten Yoo sedang menulis sesuatu di kalender.
“Dia pasti sudah tahu itu. Dia adalah pria yang hebat.” Kata Kapten Yoo.
“Ya, kau benar sekali.”
Kapten Yoo lalu mengubah topik pembicaraan dengan menanyakan ibu dokter Kang. Dokter Kang menjawabnya kemudian Kapten Yoo menunjukkan tulisannya yang berisi bahwa ia membutuhkan tempat pribadi untuk bicara dengan Senior Letnan Ahn. Dokter Kang mengerti.
Dokter Kang meminta Senior Letnan Ahn untuk ke ruang CT dalam 30 menit lagi karena harus menjalani tes lagi.



Dokter Kang keluar dari ruangan Kapten Yoo, saat sedang berjalan ia menghapus tulisan yang ditulis Kapten Yoo ditangannya lalu ia berpapasan dengan letnan kolonel.
“Letnan Kolonel? Kenapa kita bisa bertemu begini? Aku senang bisa bertemu denganmu.” Kata Dokter Kang.
“Anggap saja kau sudah memelukku.” Kata letnan kolonel.
“Apa?”
“Kita selalu saja bertemu saat terjadi masalah nasional.”
“Benar juga, sih. Aku permisi dulu.”

Dokter Kang menemui dokter Pyo. Ia meminta bantuannya untuk menggunakan ruangannya karena mungkin ruangannya tidak disapap. Dokter Pyo tidak mengerti apa yang dikatakan Dokter Kang.



Kapten Yoo bersama dengan Senior Letnan Ahn sudah di ruangan CT scan. Kapten Yoo mencoba membuat prajurit Ahn berbicara dengan memberi copy chip yang didapatkan oleh Sersan Seo.
“Mereka tak akan mendengarmu, jadi bicaralah sekarang. Aku mengkhianati timku hanya untuk rencana ini. Kita punya waktu 10 menit. Aku hanya ingin membantu. Ini adalah kesempatan terakhirmu. Apa yang terjadi? Apa ini karena Sersan Rhee Seok Jin? Kenapa kau membunuhnya?” kata Kapten Yoo.
“Pertama, kembalikan semua barang-barangku.”
“Apa yang kau maksud itu, ini?” kapten Yoo memberikan chip itu pada senior letnan Ahn.
“Sekarang giliranku untuk bertanya. Apa isi chip itu?” tanya Kapten Yoo pada prajurit Ahn.
“Kami menerima kabar bahwa anggota terbaik kami sedang disewa oleh sindikat kejahatan seperti yakuza atau mafia sebagai penembak jitu dengan harga yang tinggi.” Kata Senior Letnan Ahn.
Flashback
Sersan Rhee melakuakn misinya sebagai penembak jitu. Dan misi Kapten Ahn adalah menghabisi pengkhianat dan siapa yang memrintahkannya. Kapten Ahn menjalankan misinya ia menemui Sersan Rhee yang telah menjalankan misinya.
Flashback end
Kapten Ahn menelan chip itu. Kapten Yoo mencoba menanyakan password chip itu dan isi dari chip itu tapi Kapten Ahn tidak memberitahukannya. Kapten Yoo memberitahukan bahwa Komandan Choe sedang dalam perjalanan untuk menemui Senior Letnan Ahn dan memberitahu bahwa tim korsel akan menyerahkannya ke Utara besok pagi.

 
Kapten Yoo menemui dokter Kang untuk berterimakasih padanya.
“Apa tempat ini disadap juga?” tanya Dokter Kang.
“Tidak.” Kata Kapten Yoo sambil tersenyum.
“Aku sungguh sesak napas sejak tadi.”
“Semuanya akan kembali normal, terima kasih.”
“Aku sangat membenci keberanianmu itu. Apa kau sudah bicara dengan temanmu itu?”
“Ya, berkat kau. Oh,  iya. Namanya adalah Ahn Jung Joon. Dia adalah letnan senior.”
“Begitu, ya. Apa tak masalah kau memberitahuku namanya?”
“Aku berharap akan ada orang lain yang bisa mengingatnya. Dan lebih bagus lagi, orang itu adalah orang yang seberani dirimu.”



Suster Min Ji sedang mengecek senior letnan Ahn, letnan Ahn sudah diberikan obat penenang dan obat penghilang rasa sakit ia memberitahukannya pada penjaga yang ada di dalam. Penjaga itu memeriksa borgol letnan Ahn dan sudah terpasang. Mereka lalu keluar.
Letnan Ahn mencabut infusnya dan menggunakannya untuk membuka borgol, ia mendorong tempat tidurnya ke depan pintu ia memcahkan kaca dan pergi melewatinya ia juga memcahkan kaca di ruang bawahnya dan masuk ke dalam. Saat akan pergi, Kapten Yoo sudah ada di ruangan itu dan menodongkan pistolnya pada letnan Ahn.
“Kau mau ke mana? Di negara kami, kau tak bisa pergi tanpa izin dokter.” Kata Kapten Yoo.
“Minggirlah. Aku harus menyelesaikan misiku.” Kata letnan Ahn.
“Bukannya sudah kubilang, kau akan dipindahkan pagi ini? Apa kau mencoba untuk menghindari Komandan Choe yang ingin menemuimu? Aku mulai berpikir, kenapa kau datang mencariku. Aku ini adalah teman jauhmu, Dan karena musuhmu adalah musuhku juga. Apa aku benar? Apa kau mengkhianati negaramu... Ataukah... negaramu lah yang mengkhianatimu?” kata Kapten Yoo.
Letnan Ahn lalu mengarahkan pistol Kapten Yoo ke jantungnya sendiri dan berkata “Seorang prajurit tak akan pernah mengkhianati negaranya.”
Flashback
saat letnan Ahn berhasil membunuh sersan Rhee ia mengambil ponsel sersan Rhee. Lalu seseorang menelepon dan ia adalah orang yang memerintahkan pengkhianat itu yaitu Komandan Choe. Kapten Ahn dikepung karena ialah yang dituding sebagai pengkhianat.
Flashback end

Letnan Ahn memohon pada Kapten Yoo untuk membantunya melarikan diri.
“Aku mohon. Bantu aku melarikan diri.” Kata letnan Ahn.
“Siapapun yang mengkhianatimu itu Kau akan tetap mati jika kau kembali.” Kata Kapten Yoo.
“Ada sesuatu yang harus kuselesaikan.”
“Kau akan mati.” Kapten Yoo mengkhawatirkan letnan Ahn jika ia kembali ke Utara.
“Bahkan jika aku harus mati, aku akan mati di negaraku. Tolong, lepaskan aku. “
Kapten Yoo meletakkan pistolnya kembali ke kepala letnan Ahn dan berkata “Aku juga adalah prajurit yang melaksanakan misi negara. Aku tak bisa melepaskanmu. Aku sudah melunasi hutang naengmyeon-ku yang kau teraktir di Pyeongyang.”



Letnan Ahn sudah ada di mobil ia akan dibawa ke Komandan Choe.Ia memegang sebuah makanan kecil.
Flashback
Kapten Yoo memberikan snack/ makanan kecil ke letnan Ahn.
“Ini adalah hadiah perpisahanku untukmu. Rasanya enak, jadi, nikmatilah.” Kata Kapten Yoo.
Flashback end



Dokter Kang menemui Kapten Yoo di rauangannya, ekspresi Kapten Yoo terlihat seperti suami yang takut pada istrinya.
“Kau sudah mengantar temanmu pergi? Temanmu meninggalkan rumah sakit tanpa persetujuan dokter. Dan lewat jendela.” Kata Dokter Kang.
“Dia tak pandai mengucapkan salam perpisahan. Aduh, dadaku sakit.” Kapten Yoo berpura-pura sakit dan ia akan berbaring tapi Dokter kang menyuruhnya agar duduk yang tegap, kapten Yoo pun menurut.
“Apa kau yang memecahkan jendela itu?” tanya dokter Kang.
“Bukan aku. Temanku lah yang memecahkannya.” Jawab Kapten Yoo.
“Jadi, kau yang memecahkan jendela yang di bawah?”
“Itu juga perbuatan temanku.”
“Jadi, karena dia adalah temanmu. Kau akan membayar perbaikannya, 'kan?”
“Tapi, kami bukanlah teman yang sangat dekat juga, sih.”
“Apa kau tahu berapa marahnya Ketua padaku karena jendela itu?”
“Di mana Ketua itu sekarang? Dia tak punya hak untuk memarahi pacarku seperti itu.”
“Pacarku juga sedang dirawat bersama dengan tentara Korea Utara.”
“Baiklah.”
“Aku akan ke sini lagi dalam 2 jam. Jangan bergerak sampai pengobatanmu selesai. Jangan coba-coba melarikan diri.” Dokter Kang mendapat telepon dan ia pergi keluar. Saat dokter kang sudah pergi Kapten Yoo melepaskan infusnya.



Dokter Pyo dan Hee Eun sedang berjalan bersama karena dokter Pyo tidak bisa berjalan ia seperti biasa mengenakan kursi rodanya. Dokter Kim berteriak pada mereka ia menghampiri mereka dan seperti biasa ia mengejek mereka bahkan mengejek Dokter Pyo agar segera bertugas jika tidak orang mungkin tak mengiranya sebagai dokter tapi sebagai pasien. Dokter Pyo akan marah padanya tapi tiba-tiba Hee Eun menjambak rambut Dokter Kim.
Hee Eun melakukannya karena ia sedang kesakitan dan sepertinya ia akan segera melahirkan. Dokter Pyo memanggil suster agar memanggilkan dokter Jung dari unit bersalin. Dokter Kim kesakitan karena rambutnya masih ditarik oleh Hee Eun yang sedang kesakitan. Dokter Pyo menyuruh agar lebih keras lagi tangannya. Dokter Kim meminta untuk dilepaskan rambutnya tapi Hee Eun malah memegangnya lebih keras.

Dokter Kang bersama sedang dokter Lee Chi Hun sedang mengahadap petugas administrasi RS.Haesung. Petugas itu meminta tagihan denda pada dokter Kang karena ketua Han yang memintanya. Dokter Lee setuju dengan ketua ia berada di sana karena yang jaga waktu itu adalah dokter Lee. Dokter Lee lalu mendapat telepon bahwa Hee Eun akan melahirkan, dokter Lee langsung pergi. Dokter Kang juga ikut senang dan karena alasan itu juga ia berlari pergi untuk menghindari petugas itu.



Letnan Ahn menemui Komandan Ahn ia dibawa oleh para pengawal. Komandan Ahn menyuruh para pengawal itu untuk menunggu di luar. Mereka pun pergi ke luar.
“Ternyata pikiranku tidak lah salah. Jika kau ingin mendapatkan apa yang kau inginkan, ancaman lebih baik daripada rundingan, dan perpecahan lebih baik daripada perdamaian. Dan aku senang... bisa melihatmu lagi.” Kata Komandan Choe.
“Aku akan bertanya mengenai misiku. Aku telah menghukum Star Utara yang telah mencemari kehormatan bangsa. Dan aku juga telah mengetahui pemimpinnya.” Kata Letnan Ahn.
“Bagus. Kudengar, kau juga mendapatkan file transaksinya. Di mana file itu? Selatan belum panik, berarti mereka belum memecahkannya. Kau pasti sudah menyembunyikannya di dalam tubuh terlatihmu itu.” Komandan Choe membuka tirai, di dada letnan Ahn ada sinar merah ia mengetahui bahwa ia akan ditembak dar seseorang yang di luar.
“Aku akan mengubur rahasia itu bersama dengan si pengkhianat. Katakan apa pesan terakhirmu.” Kata Komandan Choe.
“Tolong siapkan semangkuk mie naengmyeon saat pemakamanku. Dan jika boleh, aku mau naengmyeon Ongnyugwan dari Koryo Hotel.” Kata letnan Ahn.
“Baiklah jika itu yang kau mau. Hanya itu pesanmu?”
“Karena misiku sudah selesai, aku juga akan menyelesaikan misi terakhirku. Atas nama negaraku, Aku akan menghabisi pengkhianat Komandan Choe dari Departemen Keamanan Negara.” Kata letnan Ahn ia memcahkan botol dan berlari ke arah komandan Choe untuk membunuhnya tapi sebelum ia membunuhnya ia sudah tertembak terlebih dahulu. Ia terjatuh di meja dan mengeluarkan banyak darah. Komandan Choe menutup tirainya kembali.



Komandan Choe menemui pejabat KorSel. Ia memberikan sebuh dokumen padanya mengenai Prasyarat sebelum menyelesaikan masalah perpisahan wilayah.
“Bukannya kami sudah dengan baik mengembalikan Senior Letnan Ahn?” kata pejabat korsel.
“Sepertinya, Selatan memang suka melakukan perundingan, ya? Kita selalu saja berunding. Sebelum prasyarat itu dipenuhi, kesepakatan kita tak akan tercapai.” Kata Komandan Choe.
“Sepertinya, prasyarat ini... menunjukkan bahwa anda tak peduli dengan perpisahan wilayah. Utara ingin menghentikan semua perundingan dengan Selatan. Aku menganggapnya begitu. Apa aku salah?”
“Hal yang menguntungkan dalam pembicaraan bilateral kita adalah, kita tak memerlukan penerjemah. Kalau begitu, aku anggap itu sebagai jawaban anda. Kalau begitu, aku permisi dulu.”
Pejabat Korsel menyuruhnya agar tidak pergi dulu ia lalu memberikan tabletnya untuk menunjukkan data bahwa Komandan Choe telah berkhianat pada negaranya.
Komandan Choe keluar dengan wajah terlihat marah, ia di hadang oleh para pengawal Korut yang diperintahkan untuk membawa Komandan Choe dan letnan Ahn ke Pyeongyang. Komandan Choe terkejut karena Senior Letnan Ahn masih hidup.



Flashback
Saat Letnan Ahn akan ditembak ia sudah mengetahui bahwa itu rencana Komandan Choe tapi penembak jitu itu sudah diganti oleh Kapten Yoo yang sudah direncanakan letnan Ahn dengan Kapten Yoo. Sedang penambak jitu dari Komandan Choe sedang di sandera oleh tim Sersan Seo dan lainnya. Setelah melakuakn misi membantu letnan Ahn ia lalu mendapatkan informasi passwordnya ia langsung melaporkan ke letnan kolonel yang bersama timnya sedang mencoba membuka chip itu.
“Penembak Pasukan Khusus Selatan ternyata buruk. Aku tak ditembak diarea yang fatal.” Kata Letnan Ahn. Kapten Yoo tersenyum.
Flashback end



Letnan Ahn juga ditangkap, sebelum dibawa pergi letnan Ahn meminta waktu 2 menit untuk memakan makanan kecil dari Kapten Yoo. Ia mengatakan “Berikan aku waktu 2 menit. Apa aku tak bisa dibiarkan ngemil sebentar? Aku ingin meminta ijin untuk bisa memakan ini sebelum dihukum. Terima kasih, Aku bisa kembali ke negaraku dan mati sebagai prajurit sejati. Terima kasih.”

Kapten Yoo masuk ke ruangan yang tadi ada Letnan Ahn tapi ia sudah tidak ada di sana lagi. Kapten Yoo melihat bungkus makanan kecil yang ia berikan pada Letnan Ahn di meja.



Dokter Kang berjalan ke ruangan Kapten Yoo, Sersan Seo mengawasinya di pintu dan memberitahu jarak dokter Kang ke ruangannya pada Kapten Yoo. Kapten Yoo sudah mengganti pakaian atasannya tapi celananya susah. Saat dokter Kang sudah akan sampai, Sersan Seo berlari masuk.
Sersan Seo berpura-pura membaca buku dan Kapten Yoo berpura-pura tidur. Saat dokter Kang pergi, Kapten Yoo bangun dan Sersan Seo mencoba membantu menggantikan celananya. Dokter Kang masuk kembali dan mengetahui mereka berpura-pura. Sersan Seo langsung berbaring dan menutupinya dengan selimut sedangkan Kapten Yoo menutupi mukanya dengan buku. Tapi mereka tetap saja ketahuan.
“Dia baru saja tertidur.” Kata Kapten Yoo yang menutupi wajahnya dengan buku dan pura-pura menjadi Sersan Seo.
“Sepertinya begitu, ya? Kau pasti kesulitan untuk menjaga Dae Young. Percuma saja aku selalu khawatir pada orang sepertimu.” Kata Dokter Kang.
“Ada urusan apa kau ke sini?” tanya Kapten Yoo lalu dokter Kang pergi meninggalkan mereka.



“Kau ingin membuhnuku, 'kan? Bagaimana kau bisa membayar jendela itu?” tanya Sersan Seo.
“Aku punya ide bagus. Kenapa kita tak berunding seperti pria sejati sekarang?” kata Kapten Yoo.
“Itu ide bagusmu?”
“Gajiku kan sedang dipotong.” Kapten Yoo mencoba agar Sersan Seo mau membantunya untuk membayar perbaikan jendela rumah sakit.
“Yah, tapi aku bukan pria sejati.” Sersan Seo menghindarinya ia bahkan bersikap feminim.



Dokter Kang menemui Letnan Yoon di luar yang akan menengok Kapten Yoo.
“Kau sedang apa di sini?” tanya Dokter Kang.
“Sudah lama, ya? Bagaimana kabarmu?” kata Letnan Yoon.
“Hariku penuh dengan kejutan. Apa kau mau menjenguk Si Jin?”
“Ya. Dia tak mati, 'kan?”
“Belum, sih. Tapi, mungkin aku akan membunuhnya sebentar lagi. Masuklah. Dae Young juga ada.”
“Aku melihat mobilnya tadi di tempat parkir. Karena itulah aku duduk di sini.”
“Apa maksudmu? Apa kalian bertengkar?”
“Tidak. Kami sudah putus. Kami sudah tak punya hubungan lagi.”
“Benarkah? Kenapa? Kapan? Aku bisa mengerti, sih.”
“Menurutmu karena apa?“
“Yah~ aku mengerti saja. Dia ada di kamar 710. Mereka sedang bermain siapa yang "Bodoh atau yang Lebih Bodoh". Kuharap, negera ini tahu berapa bodohnya mereka itu.”
“Sersan Seo tak terluka, 'kan?”
“Bukannya kalian sudah tak punya hubungan apa-apa?”
“Aku bertanya sebagai sesama dokter. Kalau begitu, aku permisi dulu.” Letnan Yoon pergi ke ruangan Kapten Yoo. Dokter lalu bicara pada dirinya sendiri “Ternyata, kehidupan cintamu rumit juga, ya.”



Letnan Yoon sudah di ruangan Kapten Yoo di sana juga ada sersan Seo. Mereka saling berhadapan tapi diam saja.
“Apa hanya aku yang merasa canggung sekarang? Jika kau mau menjengukku, kau harusnya memberiku doa semoga cepat sembuh.” Kata Kapten Yoo.
“Kau kan sudah punya pacar. Kau mau aku memanggilnya?” kata letnan Yoon.
“Tidak. Aku tak mau membuatnya khawatir lagi.”
“Sepertinya, kau baik-baik saja, ya? Aku pulang dulu.” Ia memberikan makanan kecil seperti ginseng pada Kapten Yoo.
“Hei. Kita kan teman. Kau tak perlu repot-repot begini. Jika dia datang begini, setidaknya suruh dia duduk dulu.” Kapten Yoo menyuruh Sersan Seo.
“Kalian berdua bisa bicara.” Kata Sersan Seo.
“Aku akan keluar.” Kata letnan Yoon
“Aku yang akan pergi.” Kata Sersan Seo.
“Aku saja.” Kata Letnan Yoon.
“Lalu, siapa yang menemaniku jika kalian berdua pergi?” kata Kapten Yoo.
“Tapi, akan lebih baik jika dia yang berbaring di sini.” Kata Letnan Yoon.
“Tapi, sungguh. Dia yang berbaring di sini tadi. Apa kau sudah tahu? Sersan Seo ini ternyata feminim, loh. Dia bahkan mengusap rambutnya begini dan...” Kapten Yoo mempraktekkannya apa yang dilakukan sersan Seo. Sersan Seo mencoba menghentikannya karena ia hanya bercanda.
“Kalian memang seperti si "Bodoh dan yang lebih Bodoh" lagi. Istirahatlah.” Kata Letnan Yoon lalu ia pergi keluar.

“Kau memang bodoh. Aku mencoba agar dia mau lebih lama di sini.” Kata Kapten Yoo.
“Karena itulah aku menghentikan leluconmu tadi.” Kata Sersan Seo.
“Ah~ jadi pertengkaran kalian tak bisa dihentikan dengan leluconku? Kenapa? Kenapa kalian bisa putus?”
“Aku memasukkan permintaan pengunduran diri.”
“Apa?” Kapten Yoo terkejut dengan keputusan Sersan Seo.
“Hanya dengan itu... aku bisa bersamanya.”
“Kau bilang apa tadi?” tanya Kapten Yoo pada Sersan Seo, sersan Seo meminta maaf padanya.
“Kenapa kau memutuskannya sendiri? Aku sungguh kecewa.” Kata Kapten Yoo, sersan Seo meminta maaf kembali.
“Apa Komandan tahu?”
“Myeong Ju juga ada di sana saat aku menemuinya.”
“Kejar dia. Kau melepaskan seragammu demi dia. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama.”



Sersan Seo mengejar Letnan Yoon ia mencari-carinya. Sersan Seo menemukannya ia tahu bahwa ia sedang bersembunyi melihat Sersan Seo dari cermin. Ia mendekat ke arah letnan Yoon tapi ia tidak menghampirinya. Letnan Yoon melihat sersan Seo.



Dokter Song dan suster Ja Ae melihat ke arah Sersan Seo dan Letnan Yoon dari jauh.
“Menurutmu, mereka sedang apa?” tanya Suster Ja Ae.
“Menurutku sih, mereka sedang bertengkar, dan Letnan Yoon mungkin mau putus, demi kebaikan Sersan Seo. Karena itulah Sersan Seo tak bisa menemukan Letnan Yoon. Karena Letnan Yoon adalah seorang wanita yang baik.” Kata Dokter Song.
“Menurut pendapatku, Sersan Seo tahu di mana Letnan Yoon bersembunyi. Dia ingin mengejarnya, tapi dia tak bisa. Dia ingin menjaga harga diri Letnan Yoon berusaha sembunyikan. Karena Sersan Seo adalah seorang pria yang baik.” Kata suster Ja Ae.
Dokter Song mengajak suster Ja Ae untuk menemaniny ke mall nanti malam.

Dokter Song dan suster Ja Ae sudah berada di mall, dokter Song akan membeli mobil untuk suster Ja Ae. Dokter Song menyuruh suster Ja Ae untuk memilih mobil. Suster Ja Ae sudah memilihnya, dokter Song bertanya apa suster Ja Ae menyukainya? Suster Ja Ae mengiyakan, dokter Song sangat senang.



Di rumah sakit dokter Kang melihat berita mengenai KorSel dan KorUt bahwa perjanjian perdamaian akan berlanjut hingga 5 tahun lagi. Ia terlihat senang melihatnya. Kapten Yoo juga melihat beritanya di ruangannya ia lalu mematikan televisinya.
Dokter Kang masuk ke ruangan Kapten Yoo.
“Jangan takut. Aku sedang tak bertugas.” Kata Dokter Kang.
“Kenapa kau belum pulang?” tanya Kapten Yoo.
“Aku adalah walimu sekarang.”
“Kapan aku bisa check out? Apa aku bisa tinggal di sini selama seminggu? Aku senang bisa melihat tiap 2 jam sekali di sini.”
“Jika kau suka, kenapa kau mau check out? Kau mau ke mana tadi?”
“Aku pergi ke atap tadi.”
“Kau tak ada di sana.”
“Bukan atap gedung ini.”
“Apa kau pergi ke "Mall" lagi?” tanya dokter Kang, kapten Yoo menganggukkan kepalanya.
“Apa kau pergi dengan temanmu? Kenapa kau kembali sendirian?”
“Kami memiliki rute yang berbeda. Perasaanku sedang kacau. Tak bisakah kau berhenti memarahiku dan menghiburku saja?”
“Apa yang terjadi?”
“Aku telah menyelamatkan perdamaian, tapi, aku tak tahu apakah temanku itu hidup atau mati.”
“Dan pacarmu ini... sedang khawatir padamu.”
“Apa kau pernah berbaring di tempat tidur pasien? Ayo sini” Kapten Yoo mengajak dokter Kang untuk berbaring di sebelahnya.

Dokter Kang tidur tapi tidak disamping Kapten Yoo, ia tidur di bawah.
“Kenapa dia menolaknya? Apa kau memang keras kepala begini? Aku pasien, loh. Aku tak akan bisa macam-macam.” Kata Kapten Yoo.
“Pasien yang cukup sehat untuk pergi ke "Mall" itu. Dokter ini hanya mau melindungi dirinya sendiri.”
“Kau bilang apa?”
“Entahlah. Aku sudah mengantuk. Chi Hun sudah menjadi ayah hari ini. Anaknya laki-laki. Hanya informasi saja, sih. Agar kau tak salah beli hadiah.”
“Dia pasti menggemaskan seperti ayahnya. Sampaikan ucapan selamatku padanya.”
“Baiklah.”
“Maafkan aku karena membuatmu khawatir. Terima kasih karena sudah menyelamatkan hidupku.” Kata Kapten Yoo.
“Kenapa kita selalu berterima kasih karena masalah ini, ya? Pasangan lain... selalu berterima kasih karena sudah mengantar pasangannya pulang. atau karena atas hadiah saat anniversary mereka. Bukannya begitu?”
“Maafkan aku.”
“Apa kau yakin?”
“Apa maksudmu?”
“Aku sudah melihat perdamaian yang telah kau selamatkan itu di TV. Tapi... jika kau sungguh menyesal, jangan pernah datang menemuiku dengan lumuran darah lagi. Aku mohon.”
“Aku akan ingat itu. Kau mau nonton film? Film yang batal kita nonton.” Kapten Yoo mengajak dokter Kang untuk menonton film yang selalu gagal untuk menontonnya di ruang ViP. Dokter Kang menyetujuinya.



Mereka ahirnya menonton film bersama.
“Wah~ akhirnya kita bisa nonton juga. Aku bahkan tak pernah menyangka kita bisa menontonnya.” Kata Dokter Kang.
“Kita akhirnya bisa menontonnya. Dulu, kita pulang padahal sudah beli tiketnya. Film-nya sudah dimulai.” Kata Kapten Yoo.



Mereka berdua tertidur bersama.
“Aku tak ingat siapa yang tidur duluan. Itu adalah hari yang panjang dan juga berat, Dan aku berada di pelukannya. Aku merasa seperti bintang bisa berada dalam pelukannya. Menjadi wanita yang dia cintai. Apakah film yang batal kami nonton itu mempunyai akhir bahagia? Ataukah akhir yang sedih?”

Bersambung . . .

No comments:

Post a Comment