Dokter Kang membawa Kapten Yoo ke dalam rumah sakit. Ia
membawanya sambil menangis ia sangat mengkhawatirkannya.
“Yoo Si Jin... Lihat aku. Aku mohon, lihat aku! Apa kau bisa
mendengar suaraku? Kenapa kau menemuiku dengan keadaan yang seperti ini? Aku
mohon buka matamu!” kata Dokter Kang.
Flashback
Kapten Yoo dan Sersan Seo menodongkan pistolnya pada
prajurit Ahn. Kapten Yoo bertanya kenapa ia berada di korsel. Prajurit Ahn
mengatakan bahwa ia tidak percaya pada timnya jadi ia ke sana menemui temannya
Yoo Si Jin ia meminta tolong untuk membawanya ke KorUt. Tiba-tiba ia tertembak
dari belakang. Sekelompok orang mengendarai mobil dan membawa senjata. Kapten
Yoo dan Sersan Seo lalu menembak ke arah mobil itu juga mereka lalu berlindung.
Kapten Yoo meminta bantuan pada timnya. Target sekelompok itu adalah prajurit
Ahn. Mereka membawa prajurit Ahn. Kapten
Yoo mencoba menyerang dan mengejar mobil itu.
Flashback end
Kapten Yoo mengalami kritis, tekanan darahnya terus menurun.
Dokter Kang mencoba mengembalikan tekanannya agar normal tapi tidak berhasil
lalu ia mencoba memompa dada Kapten Yoo.
Flashback
Kapten Yoo berhasil mengejarnya dan ia berdiri di depan
mobil itu lalu ia menembakkan tabung gas yang ada di depannya. Tapi Kapten Yoo
tertembak oleh sekelompok orang itu. Mobilnya berhasil berhenti karena
terhalang oleh gas sehingga menabrak sebuah mobil.
Sersan Choi dan lainnya berlari ke arah Kapten Yoo yang
sudah tertembak lalu Sersan Seo juga menghampiri Kapten Yoo dengan berlari.
Flashback end
Dokter Kang mencoba terus mengembalikan kondisi Kapten Yoo
ia sangat khawatir padanya.
“Aku mohon jangan... Kenapa kau jahat sekali padaku? Aku
mohon padamu! Sudah kubilang bangun, br*****k!” kata Dokter Kang ia menyerah
dan menangis. Lalu Kapten Yoo ahirnya sadar, tekanannya kembali normal ia
berkata “Sakit sekali...”
Dokter Kang bertanya “Yoo Shi Jin, kau sudah sadar? Apa kau
tahu, kau sedang ada di mana? Kau bisa mendengarku? Kau bisa melihatku?” Tapi
Kapten Yoo malah bertanya keberadaan Prajurit Ahn dan menanyakan keadaannya. Dokter
Kang kesal karena Kapten Yoo yang juga sedang sekarat malah mengkhawatirkan
orang lain dan tidak mempedulikan perasaan dokter Kang yang sangat khawatir
padanya.
“Kau terlihat... seperti sesuatu yang super cantik.” Kata
Kapten Yoo. Ia lalu bangun dan masih menanyakan prajurit Ahn.
“Pasien luka tembak yang datang bersamaan denganku...”
“Kenapa kau bangun? Memangnya siapa yang sedang kau
bicarakan itu? Apa dia lawanmu? Apa dia yang menembakmu?”
“Tidak, teman... Dia adalah sahabat. Dimana dia?”
Suster Min Ji lalu datang dan memberitahu bahwa pasien yang
datang bersamaan dengan Kapten Yoo membuat masalah besar.
Prajurit Ahn menyandera suster Ja Ae dengan menodongkan
pisau. Suster Ja Ae memberitahukan bahwa jika ia tidak segera diobati maka ia
akan mati karena pendarahan. Kapten Yoo datang dan menyuruh timnya untuk
menurunkan senjatanya ia mencoba membujuk prajurit Ahn untuk diobati oleh
dokter. Prajurit Ahn tidak percaya dengan dokter korsel. Prajurit Ahn tetap
tidak mau tapi ia ahirnya pingsan. Suster Ja Ae dan dokter Kang memeriksanya. Dokter
Kang lalu menyuruh agar ia dibawa di ruang operasi no.4 karena dokter Song ada
disana.
Dokter Kang akan pergi lalu ditahan oleh Kapten Yoo yang
meminta dokter Kang untuk mengoperasi prajurit Ahn. Lalu dokter Kang memberikan
intruksi pada timnya bahwa “Semuanya, dengarkan aku. Sebelum kondisinya
membaik, ikat dia di tempat tidurnya. Jika dia mematahkan sesuatu, pasangkan
gips pada tangannya. Jika dia tak bisa menurut, pukul dia.” Dokter Kang masih
kesal dengan Kapten Yoo yang mengkhawatirkan orang lain.
Dokter Kang dan Dokter Song sedang mengoperasi prajurit Ahn
untuk mengeluarkan peluru-peluru yang ada dalam tubuhnya. Dokter Kang lalu
melihat ada luka ditangannya tapi itu bukan luka tembak melainkan seperti ada
sesuatu di dalamnya.
Sersan Seo sedang melaporkan kejadian itu pada Letnan
kolonel ia memberitahukan identitas prajurit Ahn yang merupakan pasukan khusus
KorUt. Sersan Seo juga berhasil menangkap sekelompok yang bersenjata yang
menyerang prajurit Ahn. Mereka terlihat orang asing bukan KorSel maupun KorUt
tapi dari luar. Seseorang melaporkan pada letnan kolonel bahwa mereka merupakan
pasukan militer untuk kedutaan Matagonian. Mereka mengatakan mengejar prajurit
Ahn karena ia telah memalsukan passport di Matagonian.
Sersan Seo tak percaya dengan alasan itu karena tidak masuk
akal mereka sampai membuat kekacauan karena mengejar orang yang memalsukan
passport. Tapi berdasarkan hukum mereka juga tidak bisa dihukum. Sersan Choi
datang dan melaporkan bahwa rumah sakit menelepon dan memberitahu bahwa operasinya
sudah selesai.
Dokter Kang menemui Kapten Yoo, Kapten Yoo menanykan
mengenai operasinya.
“Dia sudah selamat. Dan sekarang dia sudah dipindahkan ke
kamar inap. Dia masih belum sadar. Selain pasien itu, ada juga pasien lain yang
selamat dari sekarat. Sepertinya pasien itu hanya menganggapku dokter sekarang.
Dokter itu, 1 jam lalu, merasa seperti dalam neraka melihat pacarnya.” Kata
Dokter Kang.
“Maaf.”
“Hanya itu. Penjelasannya? Kau tak ingin menjelaskannya? Apa
kau tak ingin bertanya bagaimana dengan perasaannku? Bahkan kau dengan teganya
malah bertanya tentang keadaan orang lain. Cepat sembuh. Jika tidak, aku akan
membunuhmu.”
Dokter Kang akan memberikan sesuatu pada Kapten Yoo tapi
tidak jadi karena pasien prajurit Ahn dimasukkan ke ruangan yang sama oleh
Dokter Lee. Sersan Choi dan Sersan Seo datang, sersan Seo memberitahukan pada
Dokter Kang bahwa mulai sekarang ia lah yang bertugas menjaga kamar pasien itu
dan mereka juga akan melakukan pembatasan area.
Dokter Kang diluar ruangan, Sersan Seo menemuinya. Dokter
Kang memberikan sebuah kartu SD yang akan diberikan ke Kapten Yoo. Kartu itu ia
keluarkan dari tubuh pasien prajurit Ahn.
Dokter Kim, Dokter Lee Chi Hun dan seorang suster sedang
membicarakan mengenai pasien dari KorUt itu. Dokter Kim bertanya pada dokter
Lee apa ia tidak takut bahwa pasien memiliki luka tembak. Dokter Lee mengatakan
bahwa ia bahkan mengalami hal yang lebih mengerikan saat di Urk. Ia
mempraktekan bagaimana mereka para tentara di sana hanya bilang “hormat”,
“lapor”. Dokter Kim tak percaya ia mengatakan bahwa Dokter Lee berbohong. Suster
Ja Ae datang dan mengatakan “aku bahkan memukul mereka, loh. Kau tak lihat
berita? Jadi, sebaiknya jaga omonganmu”
Dokter Song datang ia berlari memanggil suster Ja Ae ia
sangat khawatir pada Ja Ae yang tadi menjadi sandera. Ia bahkan mencari orang
yang tadi menyandera suster Ja Ae dan bilang akan membunuhnya. Suster Ja Ae
berkata “Dia adalah pasien yang telah diselamatkan oleh Dr. Song.” Dokter Song
lalu menampar pipinya sendiri.
Dokter Kim sudah di dekat Dokter Kang bertanya pada dokter
Kang.
“Kudengar, pacarmu datang bersamaan dengan orang Utara itu?
Koridor tadi dipenuhi dengan pria berjas hitam. Bagaimana kau bisa pacaran dengannya?
Dia itu siapa, sih?” tanya Dokter Kim.
“Kau bertanya padaku? Aku saja tak tahu siapa sebenarnya dia
itu.” Kata Dokter Kang.
Lalu dokter Kang pergi karena Ketua memanggilnya.
Suster Ja Ae akan memberikan barang milik pasien KorUt pada
dokter Kang tapi dokter Kang sudah pergi jauh. Dokter Lee, Dokter Song dan
lainnya melihat-lihat barang itu. Dokter Lee mencoba menggunakan bolpoinnya
tapi tidak ada tintanya. Dokter Song mengambilnya dan berkata bahwa jika
tintanya habis maka harus dijilat pada bagian ujungnya. Dokter Song akan
menjilat bolpin itu lalu Sersan Seo datang dan langsung mengambilnya. Ia mengambil
barang-barang prajurit Ahn kemudian ia membisikkan sesuatu pada Dokter Song dan
pergi.
Dokter Song mengatakan bahwa ia hampir saja mati karena
racun yang ada di ujung tinta bolpoin itu lalu ia pingsan.
Ketua Han menyuruh para penjaga dengan jas hitam itu untuk
minggir tapi mereka tidak mau karena mereka diperintah untuk menjaga ruangan
Kapten Yoo dan Prajurit Ahn. Ketua Han kesal dengan mereka kenapa harus rumah
sakitnya. Ketua Han menyuruh Dokter Kang untuk bertanggung jawab baik sebagai
dokternya maupun wali pasien.
Kapten Yoo mencoba berbicara dengan Prajurit Ahn, mereka di
video oleh Letnan kolonel. Tapi, prajurit tetap diam dan tidak menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari Kapten Yoo. Kapten Yoo menanyakan apa prajurit Ahn
sedang melakukan misi dan kenapa ia pergi ke korsel .
Letnan kolonel sedikit kesal karena ia tidak akan pernah
berbicara. Ia lalu bertanya pada Kapten Yoo apa ia tidak pernah membuka
mulutnya sama sekali? Kapten Yoo mengatakan bahwa ia hanya berkata bahwa ia
meminta untuk dikirim ke Utara.
“Yang benar saja. Aku tak tahu apa alasanmu. Tapi, karena
rute resmi Cina atau Rusia telah diblokir, Dia memilih rute paling bahaya
langsung ke rute Selatan. Suaka Diplomatik adalah satu-satunya cara yang dia
pilih. Kami akan menyambut dengan baik jika kau jujur pada kami. Buatlah
pilihan bijak. Kami akan memberikanmu waktu.” Kata Letnan kolonel lalu ia
menyuruh Kapten Yoo untuk memberikan pengobatan yang baik dan ia pergi.
Sersan Seo menyerahkan barang-barang milik prajurit Ahn pada
letnan kolonel. Ia juga menyerahkan kartu Sdnya padanya. Mereka semua sedang di
ruangan untuk mendengarkan percakapan Kapten Yoo dan Prajurit Ahn yang ruangan
mereka telah disadap. Sersan Seo sedang mendengarkannya, Letnan kolonel
bertanya padanya apa prajurit Ahn sudah mau bicara. Sersan mengatkan bahwa
prajurit Ahn tetap diam dan Kapten Yoo masih mencoba memancingnya.
Letnan kolonel bertanya apa yang ia katakan lalu Sersan Seo
memberitahu bahwa mereka sedang berbagi resep. Letnan kolonel langsung marah
karena ia disuruh melapor tapi kapten Yoo dan prajurit Ahn malah asik berbagi
resep. Letnan kolonel mendapat telepon, dibelakangnya Sersan Seo menahan
tawanya. Yang meneleponnya ialah pejabat urusan LN ia menanyakan informasi apa
yang sudah mereka dapatkan tapi mereka belum mendapatkannya. Ia kesal karena
besok dari KorUt akan datang untuk menjemput prajurit Ahn. Pengawalnya lalu
datang dan memberitahukan bahwa perwakilan dari KorUt sudah memasuki Seoul. Pejabat
itu lalu menyuruh letnan kolonel agar cepat bergerak dan mendapatkan informasi.
Seorang petugas sudah mendapatkan beberapa informasi ia
memberitahukannya pada Letnan kolonel dan Sersan Seo. Informasi tersebut
merupakan informasi bahwa Kapten Ahn masuk dalam daftar pencarian interpol
sebagai tersangka pembunuhan. Kasus yakuza seseorang ditembak mati oleh
penembak jitu dan Kapten Ahn lalu membunuh penembak jitu tersebut. Letnan
kolonel bertanya siapa penembak jitu itu.
Sersan Seo sedang melaporkan informasi yang ia peroleh
kepada Kapten Yoo. Dan penembak jitu yang dibunuh oleh Prajurit Ahn merupakan
rekannya sendiri ia pernah menjadi bawahan prajurit Ahn yaitu Sersan Rhee Seok
Jin. Kapten Yoo bertanya mengenai chip(kartu SD dari tubuh Prajurit Ahn yang
dokter Kang berikan) tapi Sersan Seo belum mengetahuinya karena chip itu dilindungi
oleh kode yang sulit ia juga memberitahukan bahwa prajurit Ahn akan diserahkan
ke Utara besok.
Kapten Yoo harus segera mengetahui informasi dari prajurit
Ahn ia akan meminta bantuan ke Dokter Kang. Ia juga memerlukan chip itu. Sersan
Seo ternyata telah mengcopy chip itu dan ia memberikannya pada Kapten Yoo.
Dokter Kang sedang memeriksa prajurit Ahn. Kemudian
berbicara pada Kapten Yoo.
“Sebenarnya aku tak mau membahasnya, tapi, kau ingat tentara
saat kita di Urk dulu?” tanya dokter Kang pada Kapten Yoo.
“Siapa maksudmu?”
“Kau pasti tahu, pria yang memarahiku karena mengoperasi
VIP. Pria jelek yang telah menghukummu. Dia mendapatangi timku dan memeriksa
semua obat-obat kami. Memangnya dia siapa? Beraninya dia memperlakukan kami-“
kata Dokter Kang yang dimaksudnya adlah Letnan kolonel park Byung So. Park
Byung So dan Sersan Seo yang ada di dalam ruangan untuk mendengarkan mereka
mendengarnya.
Belum selesai bicara lalu Kapten Yoo berdiri dan menutup
mulut dokter Kang ia lalu memberitahunya bahwa ruangannya di sadap dengan
menuliskannya di tangannya.
Di ruangan Sersan Seo melirik ke letnan kolonel dan menahan
tawanya. Kapten Yoo memberi tanda agar Dokter Kang tetap berbicara tapi tidak
mengatainya.
“Yang aku maksud tadi itu adalah, Apa kau melihatnya? Aku sangat
bahagia bisa bertemu dengannya. Aku hampir memeluknya tadi.” Kata Dokter Kang.
Kapten Yoo sedang menulis sesuatu di kalender.
“Dia pasti sudah tahu itu. Dia adalah pria yang hebat.” Kata
Kapten Yoo.
“Ya, kau benar sekali.”
Kapten Yoo lalu mengubah topik pembicaraan dengan menanyakan
ibu dokter Kang. Dokter Kang menjawabnya kemudian Kapten Yoo menunjukkan
tulisannya yang berisi bahwa ia membutuhkan tempat pribadi untuk bicara dengan
Senior Letnan Ahn. Dokter Kang mengerti.
Dokter Kang meminta Senior Letnan Ahn untuk ke ruang CT
dalam 30 menit lagi karena harus menjalani tes lagi.
Dokter Kang keluar dari ruangan Kapten Yoo, saat sedang
berjalan ia menghapus tulisan yang ditulis Kapten Yoo ditangannya lalu ia
berpapasan dengan letnan kolonel.
“Letnan Kolonel? Kenapa kita bisa bertemu begini? Aku senang
bisa bertemu denganmu.” Kata Dokter Kang.
“Anggap saja kau sudah memelukku.” Kata letnan kolonel.
“Apa?”
“Kita selalu saja bertemu saat terjadi masalah nasional.”
“Benar juga, sih. Aku permisi dulu.”
Dokter Kang menemui dokter Pyo. Ia meminta bantuannya untuk
menggunakan ruangannya karena mungkin ruangannya tidak disapap. Dokter Pyo
tidak mengerti apa yang dikatakan Dokter Kang.
Kapten Yoo bersama dengan Senior Letnan Ahn sudah di ruangan
CT scan. Kapten Yoo mencoba membuat prajurit Ahn berbicara dengan memberi copy
chip yang didapatkan oleh Sersan Seo.
“Mereka tak akan mendengarmu, jadi bicaralah sekarang. Aku
mengkhianati timku hanya untuk rencana ini. Kita punya waktu 10 menit. Aku
hanya ingin membantu. Ini adalah kesempatan terakhirmu. Apa yang terjadi? Apa ini
karena Sersan Rhee Seok Jin? Kenapa kau membunuhnya?” kata Kapten Yoo.
“Pertama, kembalikan semua barang-barangku.”
“Apa yang kau maksud itu, ini?” kapten Yoo memberikan chip
itu pada senior letnan Ahn.
“Sekarang giliranku untuk bertanya. Apa isi chip itu?” tanya
Kapten Yoo pada prajurit Ahn.
“Kami menerima kabar bahwa anggota terbaik kami sedang
disewa oleh sindikat kejahatan seperti yakuza atau mafia sebagai penembak jitu dengan
harga yang tinggi.” Kata Senior Letnan Ahn.
Flashback
Sersan Rhee melakuakn misinya sebagai penembak jitu. Dan
misi Kapten Ahn adalah menghabisi pengkhianat dan siapa yang memrintahkannya.
Kapten Ahn menjalankan misinya ia menemui Sersan Rhee yang telah menjalankan
misinya.
Flashback end
Kapten Ahn menelan chip itu. Kapten Yoo mencoba menanyakan
password chip itu dan isi dari chip itu tapi Kapten Ahn tidak
memberitahukannya. Kapten Yoo memberitahukan bahwa Komandan Choe sedang dalam
perjalanan untuk menemui Senior Letnan Ahn dan memberitahu bahwa tim korsel
akan menyerahkannya ke Utara besok pagi.
Kapten Yoo menemui dokter Kang untuk berterimakasih padanya.
“Apa tempat ini disadap juga?” tanya Dokter Kang.
“Tidak.” Kata Kapten Yoo sambil tersenyum.
“Aku sungguh sesak napas sejak tadi.”
“Semuanya akan kembali normal, terima kasih.”
“Aku sangat membenci keberanianmu itu. Apa kau sudah bicara dengan
temanmu itu?”
“Ya, berkat kau. Oh,
iya. Namanya adalah Ahn Jung Joon. Dia adalah letnan senior.”
“Begitu, ya. Apa tak masalah kau memberitahuku namanya?”
“Aku berharap akan ada orang lain yang bisa mengingatnya. Dan
lebih bagus lagi, orang itu adalah orang yang seberani dirimu.”
Suster Min Ji sedang mengecek senior letnan Ahn, letnan Ahn
sudah diberikan obat penenang dan obat penghilang rasa sakit ia
memberitahukannya pada penjaga yang ada di dalam. Penjaga itu memeriksa borgol
letnan Ahn dan sudah terpasang. Mereka lalu keluar.
Letnan Ahn mencabut infusnya dan menggunakannya untuk
membuka borgol, ia mendorong tempat tidurnya ke depan pintu ia memcahkan kaca
dan pergi melewatinya ia juga memcahkan kaca di ruang bawahnya dan masuk ke
dalam. Saat akan pergi, Kapten Yoo sudah ada di ruangan itu dan menodongkan
pistolnya pada letnan Ahn.
“Kau mau ke mana? Di negara kami, kau tak bisa pergi tanpa
izin dokter.” Kata Kapten Yoo.
“Minggirlah. Aku harus menyelesaikan misiku.” Kata letnan
Ahn.
“Bukannya sudah kubilang, kau akan dipindahkan pagi ini? Apa
kau mencoba untuk menghindari Komandan Choe yang ingin menemuimu? Aku mulai
berpikir, kenapa kau datang mencariku. Aku ini adalah teman jauhmu, Dan karena
musuhmu adalah musuhku juga. Apa aku benar? Apa kau mengkhianati negaramu...
Ataukah... negaramu lah yang mengkhianatimu?” kata Kapten Yoo.
Letnan Ahn lalu mengarahkan pistol Kapten Yoo ke jantungnya
sendiri dan berkata “Seorang prajurit tak akan pernah mengkhianati negaranya.”
Flashback
saat letnan Ahn berhasil membunuh sersan Rhee ia mengambil
ponsel sersan Rhee. Lalu seseorang menelepon dan ia adalah orang yang
memerintahkan pengkhianat itu yaitu Komandan Choe. Kapten Ahn dikepung karena
ialah yang dituding sebagai pengkhianat.
Flashback end
Letnan Ahn memohon pada Kapten Yoo untuk membantunya
melarikan diri.
“Aku mohon. Bantu aku melarikan diri.” Kata letnan Ahn.
“Siapapun yang mengkhianatimu itu Kau akan tetap mati jika
kau kembali.” Kata Kapten Yoo.
“Ada sesuatu yang harus kuselesaikan.”
“Kau akan mati.” Kapten Yoo mengkhawatirkan letnan Ahn jika
ia kembali ke Utara.
“Bahkan jika aku harus mati, aku akan mati di negaraku. Tolong,
lepaskan aku. “
Kapten Yoo meletakkan pistolnya kembali ke kepala letnan Ahn
dan berkata “Aku juga adalah prajurit yang melaksanakan misi negara. Aku tak
bisa melepaskanmu. Aku sudah melunasi hutang naengmyeon-ku yang kau teraktir di
Pyeongyang.”
Letnan Ahn sudah ada di mobil ia akan dibawa ke Komandan
Choe.Ia memegang sebuah makanan kecil.
Flashback
Kapten Yoo memberikan snack/ makanan kecil ke letnan Ahn.
“Ini adalah hadiah perpisahanku untukmu. Rasanya enak, jadi,
nikmatilah.” Kata Kapten Yoo.
Flashback end
Dokter Kang menemui Kapten Yoo di rauangannya, ekspresi
Kapten Yoo terlihat seperti suami yang takut pada istrinya.
“Kau sudah mengantar temanmu pergi? Temanmu meninggalkan
rumah sakit tanpa persetujuan dokter. Dan lewat jendela.” Kata Dokter Kang.
“Dia tak pandai mengucapkan salam perpisahan. Aduh, dadaku
sakit.” Kapten Yoo berpura-pura sakit dan ia akan berbaring tapi Dokter kang
menyuruhnya agar duduk yang tegap, kapten Yoo pun menurut.
“Apa kau yang memecahkan jendela itu?” tanya dokter Kang.
“Bukan aku. Temanku lah yang memecahkannya.” Jawab Kapten
Yoo.
“Jadi, kau yang memecahkan jendela yang di bawah?”
“Itu juga perbuatan temanku.”
“Jadi, karena dia adalah temanmu. Kau akan membayar
perbaikannya, 'kan?”
“Tapi, kami bukanlah teman yang sangat dekat juga, sih.”
“Apa kau tahu berapa marahnya Ketua padaku karena jendela
itu?”
“Di mana Ketua itu sekarang? Dia tak punya hak untuk memarahi
pacarku seperti itu.”
“Pacarku juga sedang dirawat bersama dengan tentara Korea
Utara.”
“Baiklah.”
“Aku akan ke sini lagi dalam 2 jam. Jangan bergerak sampai
pengobatanmu selesai. Jangan coba-coba melarikan diri.” Dokter Kang mendapat
telepon dan ia pergi keluar. Saat dokter kang sudah pergi Kapten Yoo melepaskan
infusnya.
Dokter Pyo dan Hee Eun sedang berjalan bersama karena dokter
Pyo tidak bisa berjalan ia seperti biasa mengenakan kursi rodanya. Dokter Kim
berteriak pada mereka ia menghampiri mereka dan seperti biasa ia mengejek
mereka bahkan mengejek Dokter Pyo agar segera bertugas jika tidak orang mungkin
tak mengiranya sebagai dokter tapi sebagai pasien. Dokter Pyo akan marah
padanya tapi tiba-tiba Hee Eun menjambak rambut Dokter Kim.
Hee Eun melakukannya karena ia sedang kesakitan dan
sepertinya ia akan segera melahirkan. Dokter Pyo memanggil suster agar
memanggilkan dokter Jung dari unit bersalin. Dokter Kim kesakitan karena
rambutnya masih ditarik oleh Hee Eun yang sedang kesakitan. Dokter Pyo menyuruh
agar lebih keras lagi tangannya. Dokter Kim meminta untuk dilepaskan rambutnya
tapi Hee Eun malah memegangnya lebih keras.
Dokter Kang bersama sedang dokter Lee Chi Hun sedang
mengahadap petugas administrasi RS.Haesung. Petugas itu meminta tagihan denda
pada dokter Kang karena ketua Han yang memintanya. Dokter Lee setuju dengan
ketua ia berada di sana karena yang jaga waktu itu adalah dokter Lee. Dokter
Lee lalu mendapat telepon bahwa Hee Eun akan melahirkan, dokter Lee langsung
pergi. Dokter Kang juga ikut senang dan karena alasan itu juga ia berlari pergi
untuk menghindari petugas itu.
Letnan Ahn menemui Komandan Ahn ia dibawa oleh para
pengawal. Komandan Ahn menyuruh para pengawal itu untuk menunggu di luar. Mereka
pun pergi ke luar.
“Ternyata pikiranku tidak lah salah. Jika kau ingin
mendapatkan apa yang kau inginkan, ancaman lebih baik daripada rundingan, dan
perpecahan lebih baik daripada perdamaian. Dan aku senang... bisa melihatmu
lagi.” Kata Komandan Choe.
“Aku akan bertanya mengenai misiku. Aku telah menghukum Star
Utara yang telah mencemari kehormatan bangsa. Dan aku juga telah mengetahui
pemimpinnya.” Kata Letnan Ahn.
“Bagus. Kudengar, kau juga mendapatkan file transaksinya. Di
mana file itu? Selatan belum panik, berarti mereka belum memecahkannya. Kau
pasti sudah menyembunyikannya di dalam tubuh terlatihmu itu.” Komandan Choe
membuka tirai, di dada letnan Ahn ada sinar merah ia mengetahui bahwa ia akan ditembak
dar seseorang yang di luar.
“Aku akan mengubur rahasia itu bersama dengan si
pengkhianat. Katakan apa pesan terakhirmu.” Kata Komandan Choe.
“Tolong siapkan semangkuk mie naengmyeon saat pemakamanku.
Dan jika boleh, aku mau naengmyeon Ongnyugwan dari Koryo Hotel.” Kata letnan
Ahn.
“Baiklah jika itu yang kau mau. Hanya itu pesanmu?”
“Karena misiku sudah selesai, aku juga akan menyelesaikan
misi terakhirku. Atas nama negaraku, Aku akan menghabisi pengkhianat Komandan
Choe dari Departemen Keamanan Negara.” Kata letnan Ahn ia memcahkan botol dan
berlari ke arah komandan Choe untuk membunuhnya tapi sebelum ia membunuhnya ia
sudah tertembak terlebih dahulu. Ia terjatuh di meja dan mengeluarkan banyak
darah. Komandan Choe menutup tirainya kembali.
Komandan Choe menemui pejabat KorSel. Ia memberikan sebuh
dokumen padanya mengenai Prasyarat sebelum menyelesaikan masalah perpisahan
wilayah.
“Bukannya kami sudah dengan baik mengembalikan Senior Letnan
Ahn?” kata pejabat korsel.
“Sepertinya, Selatan memang suka melakukan perundingan, ya?
Kita selalu saja berunding. Sebelum prasyarat itu dipenuhi, kesepakatan kita
tak akan tercapai.” Kata Komandan Choe.
“Sepertinya, prasyarat ini... menunjukkan bahwa anda tak peduli
dengan perpisahan wilayah. Utara ingin menghentikan semua perundingan dengan Selatan.
Aku menganggapnya begitu. Apa aku salah?”
“Hal yang menguntungkan dalam pembicaraan bilateral kita
adalah, kita tak memerlukan penerjemah. Kalau begitu, aku anggap itu sebagai
jawaban anda. Kalau begitu, aku permisi dulu.”
Pejabat Korsel menyuruhnya agar tidak pergi dulu ia lalu
memberikan tabletnya untuk menunjukkan data bahwa Komandan Choe telah
berkhianat pada negaranya.
Komandan Choe keluar dengan wajah terlihat marah, ia di
hadang oleh para pengawal Korut yang diperintahkan untuk membawa Komandan Choe
dan letnan Ahn ke Pyeongyang. Komandan Choe terkejut karena Senior Letnan Ahn
masih hidup.
Flashback
Saat Letnan Ahn akan ditembak ia sudah mengetahui bahwa itu
rencana Komandan Choe tapi penembak jitu itu sudah diganti oleh Kapten Yoo yang
sudah direncanakan letnan Ahn dengan Kapten Yoo. Sedang penambak jitu dari
Komandan Choe sedang di sandera oleh tim Sersan Seo dan lainnya. Setelah
melakuakn misi membantu letnan Ahn ia lalu mendapatkan informasi passwordnya ia
langsung melaporkan ke letnan kolonel yang bersama timnya sedang mencoba
membuka chip itu.
“Penembak Pasukan Khusus Selatan ternyata buruk. Aku tak
ditembak diarea yang fatal.” Kata Letnan Ahn. Kapten Yoo tersenyum.
Flashback end
Letnan Ahn juga ditangkap, sebelum dibawa pergi letnan Ahn
meminta waktu 2 menit untuk memakan makanan kecil dari Kapten Yoo. Ia
mengatakan “Berikan aku waktu 2 menit. Apa aku tak bisa dibiarkan ngemil
sebentar? Aku ingin meminta ijin untuk bisa memakan ini sebelum dihukum. Terima
kasih, Aku bisa kembali ke negaraku dan mati sebagai prajurit sejati. Terima
kasih.”
Kapten Yoo masuk ke ruangan yang tadi ada Letnan Ahn tapi ia
sudah tidak ada di sana lagi. Kapten Yoo melihat bungkus makanan kecil yang ia
berikan pada Letnan Ahn di meja.
Dokter Kang berjalan ke ruangan Kapten Yoo, Sersan Seo
mengawasinya di pintu dan memberitahu jarak dokter Kang ke ruangannya pada
Kapten Yoo. Kapten Yoo sudah mengganti pakaian atasannya tapi celananya susah. Saat
dokter Kang sudah akan sampai, Sersan Seo berlari masuk.
Sersan Seo berpura-pura membaca buku dan Kapten Yoo
berpura-pura tidur. Saat dokter Kang pergi, Kapten Yoo bangun dan Sersan Seo
mencoba membantu menggantikan celananya. Dokter Kang masuk kembali dan
mengetahui mereka berpura-pura. Sersan Seo langsung berbaring dan menutupinya
dengan selimut sedangkan Kapten Yoo menutupi mukanya dengan buku. Tapi mereka
tetap saja ketahuan.
“Dia baru saja tertidur.” Kata Kapten Yoo yang menutupi
wajahnya dengan buku dan pura-pura menjadi Sersan Seo.
“Sepertinya begitu, ya? Kau pasti kesulitan untuk menjaga
Dae Young. Percuma saja aku selalu khawatir pada orang sepertimu.” Kata Dokter
Kang.
“Ada urusan apa kau ke sini?” tanya Kapten Yoo lalu dokter
Kang pergi meninggalkan mereka.
“Kau ingin membuhnuku, 'kan? Bagaimana kau bisa membayar
jendela itu?” tanya Sersan Seo.
“Aku punya ide bagus. Kenapa kita tak berunding seperti pria
sejati sekarang?” kata Kapten Yoo.
“Itu ide bagusmu?”
“Gajiku kan sedang dipotong.” Kapten Yoo mencoba agar Sersan
Seo mau membantunya untuk membayar perbaikan jendela rumah sakit.
“Yah, tapi aku bukan pria sejati.” Sersan Seo menghindarinya
ia bahkan bersikap feminim.
Dokter Kang menemui Letnan Yoon di luar yang akan menengok
Kapten Yoo.
“Kau sedang apa di sini?” tanya Dokter Kang.
“Sudah lama, ya? Bagaimana kabarmu?” kata Letnan Yoon.
“Hariku penuh dengan kejutan. Apa kau mau menjenguk Si Jin?”
“Ya. Dia tak mati, 'kan?”
“Belum, sih. Tapi, mungkin aku akan membunuhnya sebentar
lagi. Masuklah. Dae Young juga ada.”
“Aku melihat mobilnya tadi di tempat parkir. Karena itulah
aku duduk di sini.”
“Apa maksudmu? Apa kalian bertengkar?”
“Tidak. Kami sudah putus. Kami sudah tak punya hubungan
lagi.”
“Benarkah? Kenapa? Kapan? Aku bisa mengerti, sih.”
“Menurutmu karena apa?“
“Yah~ aku mengerti saja. Dia ada di kamar 710. Mereka sedang
bermain siapa yang "Bodoh atau yang Lebih Bodoh". Kuharap, negera ini
tahu berapa bodohnya mereka itu.”
“Sersan Seo tak terluka, 'kan?”
“Bukannya kalian sudah tak punya hubungan apa-apa?”
“Aku bertanya sebagai sesama dokter. Kalau begitu, aku
permisi dulu.” Letnan Yoon pergi ke ruangan Kapten Yoo. Dokter lalu bicara pada
dirinya sendiri “Ternyata, kehidupan cintamu rumit juga, ya.”
Letnan Yoon sudah di ruangan Kapten Yoo di sana juga ada
sersan Seo. Mereka saling berhadapan tapi diam saja.
“Apa hanya aku yang merasa canggung sekarang? Jika kau mau
menjengukku, kau harusnya memberiku doa semoga cepat sembuh.” Kata Kapten Yoo.
“Kau kan sudah punya pacar. Kau mau aku memanggilnya?” kata
letnan Yoon.
“Tidak. Aku tak mau membuatnya khawatir lagi.”
“Sepertinya, kau baik-baik saja, ya? Aku pulang dulu.” Ia
memberikan makanan kecil seperti ginseng pada Kapten Yoo.
“Hei. Kita kan teman. Kau tak perlu repot-repot begini. Jika
dia datang begini, setidaknya suruh dia duduk dulu.” Kapten Yoo menyuruh Sersan
Seo.
“Kalian berdua bisa bicara.” Kata Sersan Seo.
“Aku akan keluar.” Kata letnan Yoon
“Aku yang akan pergi.” Kata Sersan Seo.
“Aku saja.” Kata Letnan Yoon.
“Lalu, siapa yang menemaniku jika kalian berdua pergi?” kata
Kapten Yoo.
“Tapi, akan lebih baik jika dia yang berbaring di sini.”
Kata Letnan Yoon.
“Tapi, sungguh. Dia yang berbaring di sini tadi. Apa kau
sudah tahu? Sersan Seo ini ternyata feminim, loh. Dia bahkan mengusap rambutnya
begini dan...” Kapten Yoo mempraktekkannya apa yang dilakukan sersan Seo.
Sersan Seo mencoba menghentikannya karena ia hanya bercanda.
“Kalian memang seperti si "Bodoh dan yang lebih
Bodoh" lagi. Istirahatlah.” Kata Letnan Yoon lalu ia pergi keluar.
“Kau memang bodoh. Aku mencoba agar dia mau lebih lama di
sini.” Kata Kapten Yoo.
“Karena itulah aku menghentikan leluconmu tadi.” Kata Sersan
Seo.
“Ah~ jadi pertengkaran kalian tak bisa dihentikan dengan
leluconku? Kenapa? Kenapa kalian bisa putus?”
“Aku memasukkan permintaan pengunduran diri.”
“Apa?” Kapten Yoo terkejut dengan keputusan Sersan Seo.
“Hanya dengan itu... aku bisa bersamanya.”
“Kau bilang apa tadi?” tanya Kapten Yoo pada Sersan Seo,
sersan Seo meminta maaf padanya.
“Kenapa kau memutuskannya sendiri? Aku sungguh kecewa.” Kata
Kapten Yoo, sersan Seo meminta maaf kembali.
“Apa Komandan tahu?”
“Myeong Ju juga ada di sana saat aku menemuinya.”
“Kejar dia. Kau melepaskan seragammu demi dia. Jangan
membuatnya menunggu terlalu lama.”
Sersan Seo mengejar Letnan Yoon ia mencari-carinya. Sersan
Seo menemukannya ia tahu bahwa ia sedang bersembunyi melihat Sersan Seo dari
cermin. Ia mendekat ke arah letnan Yoon tapi ia tidak menghampirinya. Letnan
Yoon melihat sersan Seo.
Dokter Song dan suster Ja Ae melihat ke arah Sersan Seo dan
Letnan Yoon dari jauh.
“Menurutmu, mereka sedang apa?” tanya Suster Ja Ae.
“Menurutku sih, mereka sedang bertengkar, dan Letnan Yoon
mungkin mau putus, demi kebaikan Sersan Seo. Karena itulah Sersan Seo tak bisa
menemukan Letnan Yoon. Karena Letnan Yoon adalah seorang wanita yang baik.”
Kata Dokter Song.
“Menurut pendapatku, Sersan Seo tahu di mana Letnan Yoon
bersembunyi. Dia ingin mengejarnya, tapi dia tak bisa. Dia ingin menjaga harga
diri Letnan Yoon berusaha sembunyikan. Karena Sersan Seo adalah seorang pria
yang baik.” Kata suster Ja Ae.
Dokter Song mengajak suster Ja Ae untuk menemaniny ke mall
nanti malam.
Dokter Song dan suster Ja Ae sudah berada di mall, dokter
Song akan membeli mobil untuk suster Ja Ae. Dokter Song menyuruh suster Ja Ae
untuk memilih mobil. Suster Ja Ae sudah memilihnya, dokter Song bertanya apa
suster Ja Ae menyukainya? Suster Ja Ae mengiyakan, dokter Song sangat senang.
Di rumah sakit dokter Kang melihat berita mengenai KorSel
dan KorUt bahwa perjanjian perdamaian akan berlanjut hingga 5 tahun lagi. Ia
terlihat senang melihatnya. Kapten Yoo juga melihat beritanya di ruangannya ia
lalu mematikan televisinya.
Dokter Kang masuk ke ruangan Kapten Yoo.
“Jangan takut. Aku sedang tak bertugas.” Kata Dokter Kang.
“Kenapa kau belum pulang?” tanya Kapten Yoo.
“Aku adalah walimu sekarang.”
“Kapan aku bisa check out? Apa aku bisa tinggal di sini
selama seminggu? Aku senang bisa melihat tiap 2 jam sekali di sini.”
“Jika kau suka, kenapa kau mau check out? Kau mau ke mana
tadi?”
“Aku pergi ke atap tadi.”
“Kau tak ada di sana.”
“Bukan atap gedung ini.”
“Apa kau pergi ke "Mall" lagi?” tanya dokter Kang,
kapten Yoo menganggukkan kepalanya.
“Apa kau pergi dengan temanmu? Kenapa kau kembali sendirian?”
“Kami memiliki rute yang berbeda. Perasaanku sedang kacau.
Tak bisakah kau berhenti memarahiku dan menghiburku saja?”
“Apa yang terjadi?”
“Aku telah menyelamatkan perdamaian, tapi, aku tak tahu
apakah temanku itu hidup atau mati.”
“Dan pacarmu ini... sedang khawatir padamu.”
“Apa kau pernah berbaring di tempat tidur pasien? Ayo sini”
Kapten Yoo mengajak dokter Kang untuk berbaring di sebelahnya.
Dokter Kang tidur tapi tidak disamping Kapten Yoo, ia tidur
di bawah.
“Kenapa dia menolaknya? Apa kau memang keras kepala begini?
Aku pasien, loh. Aku tak akan bisa macam-macam.” Kata Kapten Yoo.
“Pasien yang cukup sehat untuk pergi ke "Mall"
itu. Dokter ini hanya mau melindungi dirinya sendiri.”
“Kau bilang apa?”
“Entahlah. Aku sudah mengantuk. Chi Hun sudah menjadi ayah
hari ini. Anaknya laki-laki. Hanya informasi saja, sih. Agar kau tak salah beli
hadiah.”
“Dia pasti menggemaskan seperti ayahnya. Sampaikan ucapan selamatku
padanya.”
“Baiklah.”
“Maafkan aku karena membuatmu khawatir. Terima kasih karena sudah
menyelamatkan hidupku.” Kata Kapten Yoo.
“Kenapa kita selalu berterima kasih karena masalah ini, ya?
Pasangan lain... selalu berterima kasih karena sudah mengantar pasangannya
pulang. atau karena atas hadiah saat anniversary mereka. Bukannya begitu?”
“Maafkan aku.”
“Apa kau yakin?”
“Apa maksudmu?”
“Aku sudah melihat perdamaian yang telah kau selamatkan itu
di TV. Tapi... jika kau sungguh menyesal, jangan pernah datang menemuiku dengan
lumuran darah lagi. Aku mohon.”
“Aku akan ingat itu. Kau mau nonton film? Film yang batal
kita nonton.” Kapten Yoo mengajak dokter Kang untuk menonton film yang selalu
gagal untuk menontonnya di ruang ViP. Dokter Kang menyetujuinya.
Mereka ahirnya menonton film bersama.
“Wah~ akhirnya kita bisa nonton juga. Aku bahkan tak pernah menyangka
kita bisa menontonnya.” Kata Dokter Kang.
“Kita akhirnya bisa menontonnya. Dulu, kita pulang padahal
sudah beli tiketnya. Film-nya sudah dimulai.” Kata Kapten Yoo.
Mereka berdua tertidur bersama.
“Aku tak ingat siapa yang
tidur duluan. Itu adalah hari yang panjang dan juga berat, Dan aku berada di
pelukannya. Aku merasa seperti bintang bisa berada dalam pelukannya. Menjadi
wanita yang dia cintai. Apakah film yang batal kami nonton itu mempunyai akhir
bahagia? Ataukah akhir yang sedih?”
Bersambung . . .
No comments:
Post a Comment